INFLASI DI INDONESIA
Disusun oleh :
Angga Adika Putra
(B200120076) / B
LATAR BELAKANG MASALAH
Kita
sering kali mendengar terjadinya kenaikan harga-harga yang diserta dengan
naiknya harga jasa di dunia, kenaikan tersebut terjadi bukan hanya dalam waktu
sehari dua hari namun kenaikan itu terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Seiring dengan adanya pemberitaan tentang naiknya harga-harga barang dan juga
jasa yang secara serentak kita juga sering mendengar kata inflasi memang suatu
masalah ekonomi yang kerap kali terjadi inflasi bukan hanya terjadi di negara
Indonesia saja, melainkan terjadi pada semua negara yang ada di dunia. Inflasi
dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan pembagian inflasi itu sendiri
berdasarkan atas tingkat dari keparahannya. Inflasi atau kenaikan harga-harga
terjadi bukan karena tidak ada sebab atau terjadi kenaikan begitu saja.
Inflasi
di Indonesia relatif lebih banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
struktural ekonomi bila dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat monetary
policies. Sehingga bisa dikatakan, bahwa pengaruh dari cosh push inflation
lebih besar dari pada demand pull inflation.memang dalam periode tahun-tahun
tertentu, misalnya pada saat terjadinya oil booming, tekanan inflasi di
Indonesia disebabkan meningkatnya junlah uang beredar. Tetapi hal tersebut
tidak dapat mengabaikan adanya pengaruh yang bersifat struktural ekonomi, sebab
pada periode tersebut, masih terjadi kesenjangan antara penawaran agregat
dengan permintaan agregat. Sebaiknya, kebijaksanaan pengendalian inflasi bukan
hanya dilakukan melalui konsep kaum moneterist saja, tetapi juga dengan
memperhatikan cara pandang kaum structuralist, yang lebih memandang perlunya
mengatasi hambatan-hambatan struktural yang ada.
Dengan
berpedoman
pada berbagai hambatan dalam pembangunan perekonomian Indonesia yang telah disebutkan diatas, perlu berbagai upaya pembenahan, yaitu : (a) meningkatkan supply bahan pangan, (b) mengurangi defisit APBN, (c) meningkatkan cadangan devisa, (d) memperbaiki dan meningkatkan kemampuan sisi penawaran agregat. Semenjak krisis ekonomi mulai menghantam Indonesia pada pertengahan tahun 1997, kinerja keuangan badan uasaha menurun tajam bahkan banyak diantaranya menderita kerugian. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi investor untuk melakukan investasi di pasar modal khususnya saham, dan akan berdampak terhadap harga pasar saham di bursa. Selain itu krisis ekonomi juga menyebabkan variabel-variabel makro ekonomi seperti suku bunga, inflasi dan nilai tukar mengalami perubahan yang cukup tajam. Bagi calon investor dalam melakukan investasi dapat menggunakan harga saham sebagai sinyal investasi. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat.
pada berbagai hambatan dalam pembangunan perekonomian Indonesia yang telah disebutkan diatas, perlu berbagai upaya pembenahan, yaitu : (a) meningkatkan supply bahan pangan, (b) mengurangi defisit APBN, (c) meningkatkan cadangan devisa, (d) memperbaiki dan meningkatkan kemampuan sisi penawaran agregat. Semenjak krisis ekonomi mulai menghantam Indonesia pada pertengahan tahun 1997, kinerja keuangan badan uasaha menurun tajam bahkan banyak diantaranya menderita kerugian. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi investor untuk melakukan investasi di pasar modal khususnya saham, dan akan berdampak terhadap harga pasar saham di bursa. Selain itu krisis ekonomi juga menyebabkan variabel-variabel makro ekonomi seperti suku bunga, inflasi dan nilai tukar mengalami perubahan yang cukup tajam. Bagi calon investor dalam melakukan investasi dapat menggunakan harga saham sebagai sinyal investasi. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian inflasi?
2. Apa saja teori, jenis-jenis, biaya inflasi, dan
tingkat suku bunga?
3. Apa dampak inflasi dan cara mencegah inflasi?
LANDASAN TEORI
PENGERTIAN INFLASI
A.
Pengertian Inflasi
Inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali
bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang
lain, (Boediono, 1982 : 55). Akibat inflasi secara umum adalah menurunnya daya
beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi,
misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 10%
sementara pendapatan tetap, berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan
sebesar 10% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 10% juga
(Putong, 2002:254). Menurut Syamsudin Mahmud (2004:125) mengemukakan bahwa
inflasi adalah peningkatan harga-harga yang mencakup seluruh barang dan jasa.
Dua teori inflasi yang dikemukakannya mencakup teori kuantitas uang dan
permintaan dan penawaran inflasi.
Teori kuantitas uang
menyangkut suatu peningkatan kuantitas uang sebagai penyebab, walaupun tidak
selamanya peningkatan kuantitas uang selalu menyebabkan inflasi. Teori
permintaan dan penawaran inflasi yaitu membedakan antara pasar komoditas dengan
pasar faktor yang sama-sama pentingnya. Terdapat tiga jenis inflasi : (1)
tingkat keparahan inflasi, (2) penyebab timbulnya inflasi, (3) asal mula
terjadinya inflasi. Inflasi menurut Didit Herlianto (2013, h. 154 – 155),
merupakan suatu gejal yang menunjukkan harga-harga mengalami kenaikan secara
umum. Atau secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat disebut inflasi kecuali jika kenaikan inflasi tersebut meluas. Menurut
Sadono Sukirno (2004, h. 333-336), penyebab terjadinya inflasi, yaitu :
·
Inflasi tarikan
permintaan, inflasi ini terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat,
kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan
selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa sehingga menimbulkan inflasi.
·
Inflasi desakan
biaya. Inflasi desakan biaya terjadi dalam masa perekonomian berkembang dengan
pesat ketika tingkat pengangguran adalah sangat rendah.
·
Inflasi diimpor.
Inflasi yang diimpor atau imported inflation merupakan kenaikan harga yang
sangat dipengaruhi oleh tingkat harga barang-barang tersebut akan sangat
berdampak terhadap kenaikan harga barang-barnag di dalam negeri.
Menurut Didit Herlianto
(2013, h. 155), indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah indeks harga konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam
7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the
Classification of Individual Consumtion by Purpose- COICOP), yaitu :
·
Kelompok bahan
makanan
·
Kelompok makanan
jadi, minuman dan tembakau
·
Kelompok
perumahan
·
Kelompok sandang
·
Kelompok
kesehatan
·
Kelompok
pendidikan dan olahraga
·
Kelompok
transportasi dan komunikasi
Efek inflasi dapat
mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk
nasional :
1.
Efek terhadap
pendapatan
Yakni sifatnya
tidak merata, ada pihak yang dirugikan dan ada yang diuntungkan. Seseorang
dengan pendapatan tetap akan dirugikan karena adanya inflasi. Demikian pula
orang yang menimpan kekayaannya dalam bentuk kas. Pihak yang mendapatkan
keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan
pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, serta mereka
yang menimpan kekayaannya bukan berbentuk uang dengan nilainya naik yang
melebihi inflasi (misalnya tanah, emas).
2.
Efek terhadap
alokasi faktor produksi
Disebut juga
efek terhadap efisiensi. Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor
produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan barang yang
mendorong terjadinya perubahan dalam produksi. Dengan adanya inflasi,
permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang
lain dan kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan
produksi tersebut akan merubah pola alokasi faktor produksi menjadi lebih
efisien apabila tidak terjadi inflasi. Namun pada waktu inflasi kenaikkan
produksi tersebut cenderung tidak efisien.
3.
Efek terhadap
produk nasional
Inflasi mungkin
dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Karena kenaikan harga barang
biasanya mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha meningkat:
keniakan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila inflasi
terlalu tinggai dapat berakibat sebaliknya. Dalam keadaan inflasi yang tinggi,
nilai uang tiil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang
kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan rurunnya
produksi barang.
TEORI, JENIS, BIAYA INFLASI DAN SUKU BUNGA
A.
Teori Inflasi
1.
Teori kuantitas
Adalah teori
yang paling tua mengenai inflasi, namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan
proses inflasi di zaman modern ini, terutama di negara-negara yang sedang
berkembang. Teori ini mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah :
·
Pertambahan
jumlah uang yang beredar
·
Psokologi
masyarakat kenaikan harga-harga di
masa mendatang
2.
Teori keynes
Teori ini
mengatakan inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan
ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara
golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih
besar daripada jumlah barang yang tersedia. Selama inflationary gap tetap ada,
selama itu pula proses inflasi berkelanjutan. Teori ini menarik karena :
·
Menyoroti
peranan sistem distribusi pendapatan dalam proses inflasi
·
Menyarankan
hubungan antara inflasi dan faktor-faktor non-ekonomis
3.
Teori strukturalis
Yaitu teori mengenai
inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori
ini memberikan tekanan pada ketegaran dari struktu perekonomian negara-negara
sedang berkembang. Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka panjang,
karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian.
B.
Jenis Inflasi
1.
Berdasarkan
sifatnya, inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama, (Putong, 2002:260) yaitu :
·
Inflasi
merayap/rendah, yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun
·
Inflasi
menengah, besarnya antara 10-30% pertahun
·
Inflasi berat,
yaitu inflasi besarnya antara 30-100% pertahun
·
Inflasi sangat
tinggi, yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga
mencapai 4 digit (diatas 100%)
2.
Berdasarkan
sebabnya, inflasi dibagi menjadi 2, yaitu :
·
Demand pull
inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi
di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja
penuh
·
Cost push
inflation.inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi
3.
Berdasarkan
asalnya,inflasi dibagi menjadi 2, yaitu :
·
Inflasi yang
berasal dari dalam negeri yang timbul karena terjadinya defisit dalam
pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara
·
Inflasi yang
berasal dari luar negeri, karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu
negara mengalami inflasi yang tinggi, harga-harga barang
·
Juga ongkos
produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor
barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal
C.
Biaya inflasi
Biaya inflasi
diharapkan muncul karena hal-hal berikut (Putong, 2002 : 262-263) :
1.
Shoe leather
cost, menyatakan bila inflasi sesuai dengan harapan maka relatif penetapan suku
bunga bank akan lebih besar dari tingkat inflasi
2.
Menu cost, yaitu
yang muncul karena perusahaan harus sering mengubah harga dan itu harus
mencetak dan mengedarkan katalog baru
3.
Complaint and
opportunity loss cost. Bila perusahaan dengan sengaja tidak mau mengganti
katalog baru, maka perusahaan akan mengalami kerugian karena harga akan
naik,sementara perusahaan menjual dengan harga lama.
4.
Biaya perubahan
peraturan/undang-undang pajak
5.
Biaya
ketidaknyamanan hidup
Biaya inflasi yang
tidak diharapkan :
1.
Redistribusi
pendapatan antara debitor dengan kreditor
2.
Penurunan nilai
uang pensiunan
D.
Tingkat Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank
Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan utang jangka pendek yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto. SBI merupakan salah
satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai
rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer
yang beredar. Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan menaknisme BI rate (suku bunga BI), yaitu BI
mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh Bank Indonesia untuk
pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate
ini kemudian yang digunakan sebagai
acuan para dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan
agara rata-rata tertimbang suku bunga SBI satu bulan hasil lelang operasi pasar
terbuka berada di sekitar BI rate.
Selanjutnya suku bunga
SBI satu bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang antar bank dan
suku bunga jangka yang lebih panjang. Perkembangan tingkat suku bunga yang
tidak wajar secara langsung dapat mengganggu perkembangan perbankan. Suku bunga
yang tinggi, disatu sisi, akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung
sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat (Pohan, 2008). Tingkat suku bunga
menjadi ukuran berapa biaya atau pendapatan sehubungan dengan penggunaan uang
untuk periode jangka waktu tertentu (Loen dan Ericson, 2008). Disisi perbankan,
dengan bunga yang tinggi, bank akan mampu menghimpun dana untuk disalurkan
dalam bentuk kredit kepada dunia usaha,
BI rate merupakan suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan
oleh Bnak Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan
moneter. Secara sederhana, BI rate
merupakan indikasi tingkat suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank
Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi (Nuryazini, 2008). Dalam
Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral disebutkan bahwa salah
satu tugas Bank Indonesia adalah sebagai otoritas moneter yang salah satunya
adalah operasi pasar terbuka.
Dalam operasi pasar
terbuka, BI dapat melakukan tranksaksi surat berharga termasuk Sertifikat Bank
Indonesia yang merupakan hutang berjangka waktu pendek. SBI memiliki
karakteristik : (1) jangka waktu maksaimal 12 bulan dan sementara waktu hanya
diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan, (2) denominasi dari yang terndah
50 juta rupiah hingga tertinggi 100 juta rupiah, (3) pembelian SBI oleh
masyarakat minimal 100 juta rupiah dan selebihnya, kelipatan 50 juta rupiah,
(4) pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount), (5) pembeli SBI
memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka, (6) pajak penghasilan
atas diskonto dikenankan secara final sebesar 15%, (7) SBI diterbitkan tanpa
warkat, (8) SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Tingkat suku bunga SBI
di pasar menentukan minat masyarakat dalam menentukan pilihannya. Apabila
tingkat suku bunga semakin tinggi, maka pilihan investor dalam melakukan
investasi akan semakin rendah. Alasannya karena investor akan menambah
pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi yang
elbih besar dari tingkat suku bunga yang harus dibayar untuk dana investasi
tersebut yang merupakan biaya dari penggunaan dana, demikian pula sebaliknya.
DAMPAK DAN PENCEGAHANNYA
A.
Dampak inflasi
1.
Bila harga
barang secara umum naik terus-menerus, maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan
yang menborong barang
2.
Sebagai akibat
dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna
membeli dan menumpuk barang, sehingga banyak bank di rush
3.
Produsen
cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan
dengan cara mempermainkan harga di pasaran, sehingga harga akan terus menerus
naik
4.
Bila inflasi
berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif
akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli
5.
Jurang antara
kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen
dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan
6.
Dampak positif
dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah yang mana barangnya
lebih laku pada saat harganya semakin tinggi
7.
Inflasi yang
berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin
dipercaya dan tangguh
B.
Cara mencegah dan mengatasi inflasi
Dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan, (Nopirin,
2005 : 34-35), yaitu :
1.
Kebijakan
moneter
Mengatur jumlah uang yang beredar. Salah satu
komponennya adalah uang giral. Uang diral dapat terjadi dalam dua cara, yaitu
seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro dan seseorang
memperoleh pinjaman dari bank berbentuk giro. Bank sentral juga dapat mengatru
uang giral dengan menaikkan cadangan minimum, sehingga uang beredar lebih
kecil.
2.
Kebijakan fiskal
Dengan cara
pengurangan pengeluaran pemerintah serta menekan kenaikan pajak yang dapat
mengurangi penerimaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3.
Kebijakan yang
berkaitan dengan output
Dengan menaikkan
jumlah output misal dengan cara kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga
impor barang meningkat, bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung
menurunkan harga
4.
Kebijaksanaan
penentuan harga dan indexing
Dengan penentuan
celling harga, serta mendasarkan pada indekx harga tertentu untuk gaji/upah.
Jika indexx harga naik, maka gaji juga akan naik begitu pula kalau harga turun
5.
Devaluasi
Devaluasi adalah
penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Jika hal
tersebut terjadi biasanya pemerintah melakikan intervensi agar nilai mata uang
dalam negeri tetap stabil. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah
menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.
C.
Daftar pustaka
Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) Terhadap
Indeks Saham
LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis. Vol.13 Bulan
mei 2015.
Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap
Profitabilitas Bank Periode 2003-2007. Jurnal
Karisma. Vol.3 (2) ;87-98, 2009
Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku
Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal STIE MDP. 2012.
Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Inflasi Di Indonesia Sebelum
dan Sesudah Diterapkannya Kebijakan Inflation
Targeting Framework Periode 2002 : - 2010:12. Media Ekonomi Vol. 19, Agustus
2011
Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI Terhadap
Kinerja Keuangan PT.
BANK MANDIRI, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan.
Artikel Universitas Gunadarma 2012.
Analisis Pengaruh Suku Bunga Bi, Jumlah Uang Yang
Beredar, dan Tingkat Kurs
Terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi. Vo. 14 No. 2, Mei 2014.
Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga
dan Inflasi Terhadap Indeks
Harga Saham. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRSMI). Vo. 4. No. 1, 2013.
Andrianus, Fery dan
Amelia Niko. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia
Periode 1997:3-2005:2. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 11, No. 2, Agustus 2006
Hal: 173-186.
Dampak Depresiasi Nilai Tukar dan Pertumbuhan Uang
Beredar Terhadap Inflasi :
Aplikasi Threshold
Model. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2011.
Erawati, Neny dan
Richard Llewelyn. Analisa Pergerakan Suku Bunga dan Laju Ekspektasi Inflasi
Untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia. Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan. Vol. 4, No. 2, September, 2002: 98-107.
Ibrahim, Ida Musdafia.
Kaidah Fikih Dalam Mengatasi Transaksi Yang Mengalami Inflasi. Jurnal Ekonomi
dan Hukum Islam Vol. 4, No. 1, 2014.
Kaidah
Fikih Dalam Mengatasi Transaksi Yang Mengalami Inflasi. Jurnal Ekonomi
dan Hukum Islam, Vol.4, No 1 2014.
Kewal, Suramaya Suci. Pengaruh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan
pdb
terhadap indeks harga saham gabungan. Jurnal
economia, Vol 8, No. 1, April 2012.
Lindiarta, Ayudha.
Analisis Pengaruh Tingkat Upah Minimum, Inflasi, dan Jumlah Penduduk Terhadap
Pengangguran di Kota Malang (1996-2013). Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya,
2014.
Listriono, Kukuh dan
Elva Nuraina. Peranan Inflasi, BI Rate, Kurs Dollar (USD/IDR) Dalam
Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Dinamika Manajemen Vol.
6, No. 1, 2015, pp:63-74.
Mulyani, Neny. Analisis
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk Domestik Bruto
Terhadap Jakarta Islamic Index.
Jurnal bisnis dan manajemen eksekutif vol. 1, No. 1, 2014.
Noor, Zulki Zulkifli. Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga, Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Tukar. Trikonomika.
Vol. 10, No. 2, Desember 2011, hal. 139-147 ISSN 1411-514X.
Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD, Profitabilitas,
dan Pertumbuhan
Aktiva Terhadap Harga Saham Perusahaan Pembiayaan di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Kebangsaan, vol.1 No.1 Januari 2012.
Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Return Saham PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk.
Jurnal Stie MDP 2012.
Pengaruh Konsumsi, Investasi, Jumlah Uang Beredar
dan Inflasi Terhadap Penentuan
Kebijakan Suku Bunga
SBI. Jurnal Publika. Vol. 2 No. 2, Juli 2010.
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan
Tingkat Inflasi Terhadap Nilai
Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika. Jurnal Ekonomi dan
Informasi Akuntansi (Jenius). Vol. 1 No. 2 Mei 2011.
Pengaruh Suku Bunga Internasional (LIBOR), Nilai
Tukar Rupiah/US$ dan Inflasi
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2000-2010.
Puspitasari, Erna et al,.
Perbandingan Analisis Faktor Klasik dan Analisis Faktor Robust Untuk Data
Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Awa Tengah. Jurnal Gaussian, Vo. 3, No. 3,
2014, Hal 343-352.
Pratiwi, Ardianing.
Determinan Inflasi Indonesia : Jangka Panjang dan Pendek. Jurnal Ilmiah
Universitas Brawijaya, 2013.
Raharjo, Dwi dan Joko
S. Model Artificial Neural Network
Berbasis Particle Swarm Optimization Untuk Prediksi Laju Inflasi. Jurnal
Sistem Komputer. Vol. 3, No. 1, Juni 2013, ISSN: 2087-4685.
Ramdan, Muhamad et al,.
Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Volume Impor Mobil CBU (Completely Built Up)
Dengan Nilai Tukar Rupiah Sebagai Variabel Moderasi (Studi Pada Volume Impor
Mobil CBU Gaikindo Periode Tahun 2005-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (Jab)
Vol. 15 No. 2 Oktober 2014.
Rachma, Alvita et al,.
Analisis Inflasi Kota Semarang Menggunakan Metode Regresi Non Parametrik
B-Spline. Jurnal Gaussian, Vol. 3, No. 2, 201, Hal 193-202.
Utomo, Fajar Wahyu.
Pengaruh Inflasi dan Upah Terhadap Pengangguran di Indonesia Periode Tahun
1980-2010. Jurnal Imliah, Universitas Brawijaya, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar