Jumat, 25 Desember 2015

INFLASI DI INDONESIA 

Disusun oleh :
Angga Adika Putra
(B200120076) / B

LATAR BELAKANG MASALAH
Kita sering kali mendengar terjadinya kenaikan harga-harga yang diserta dengan naiknya harga jasa di dunia, kenaikan tersebut terjadi bukan hanya dalam waktu sehari dua hari namun kenaikan itu terjadi dalam jangka waktu yang lama. Seiring dengan adanya pemberitaan tentang naiknya harga-harga barang dan juga jasa yang secara serentak kita juga sering mendengar kata inflasi memang suatu masalah ekonomi yang kerap kali terjadi inflasi bukan hanya terjadi di negara Indonesia saja, melainkan terjadi pada semua negara yang ada di dunia. Inflasi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan pembagian inflasi itu sendiri berdasarkan atas tingkat dari keparahannya. Inflasi atau kenaikan harga-harga terjadi bukan karena tidak ada sebab atau terjadi kenaikan begitu saja.
Inflasi di Indonesia relatif lebih banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat struktural ekonomi bila dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat monetary policies. Sehingga bisa dikatakan, bahwa pengaruh dari cosh push inflation lebih besar dari pada demand pull inflation.memang dalam periode tahun-tahun tertentu, misalnya pada saat terjadinya oil booming, tekanan inflasi di Indonesia disebabkan meningkatnya junlah uang beredar. Tetapi hal tersebut tidak dapat mengabaikan adanya pengaruh yang bersifat struktural ekonomi, sebab pada periode tersebut, masih terjadi kesenjangan antara penawaran agregat dengan permintaan agregat. Sebaiknya, kebijaksanaan pengendalian inflasi bukan hanya dilakukan melalui konsep kaum moneterist saja, tetapi juga dengan memperhatikan cara pandang kaum structuralist, yang lebih memandang perlunya mengatasi hambatan-hambatan struktural yang ada.
Dengan berpedoman
pada berbagai hambatan dalam pembangunan perekonomian Indonesia yang telah disebutkan diatas, perlu berbagai upaya pembenahan, yaitu : (a) meningkatkan supply bahan pangan, (b) mengurangi defisit APBN, (c) meningkatkan cadangan devisa, (d) memperbaiki dan meningkatkan kemampuan sisi penawaran agregat. Semenjak krisis ekonomi mulai menghantam Indonesia pada pertengahan tahun 1997, kinerja keuangan badan uasaha menurun tajam bahkan banyak diantaranya menderita kerugian. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi investor untuk melakukan investasi di pasar modal khususnya saham, dan akan berdampak terhadap harga pasar saham di bursa. Selain itu krisis ekonomi juga menyebabkan variabel-variabel makro ekonomi seperti suku bunga, inflasi dan nilai tukar mengalami perubahan yang cukup tajam. Bagi calon investor dalam melakukan investasi dapat menggunakan harga saham sebagai sinyal investasi. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat.
RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian inflasi?
2.      Apa saja teori, jenis-jenis, biaya inflasi, dan tingkat suku bunga?
3.      Apa dampak inflasi dan cara mencegah inflasi?

LANDASAN TEORI

PENGERTIAN INFLASI
A.    Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain, (Boediono, 1982 : 55). Akibat inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 10% sementara pendapatan tetap, berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 10% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 10% juga (Putong, 2002:254). Menurut Syamsudin Mahmud (2004:125) mengemukakan bahwa inflasi adalah peningkatan harga-harga yang mencakup seluruh barang dan jasa. Dua teori inflasi yang dikemukakannya mencakup teori kuantitas uang dan permintaan dan penawaran inflasi.
Teori kuantitas uang menyangkut suatu peningkatan kuantitas uang sebagai penyebab, walaupun tidak selamanya peningkatan kuantitas uang selalu menyebabkan inflasi. Teori permintaan dan penawaran inflasi yaitu membedakan antara pasar komoditas dengan pasar faktor yang sama-sama pentingnya. Terdapat tiga jenis inflasi : (1) tingkat keparahan inflasi, (2) penyebab timbulnya inflasi, (3) asal mula terjadinya inflasi. Inflasi menurut Didit Herlianto (2013, h. 154 – 155), merupakan suatu gejal yang menunjukkan harga-harga mengalami kenaikan secara umum. Atau secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali jika kenaikan inflasi tersebut meluas. Menurut Sadono Sukirno (2004, h. 333-336), penyebab terjadinya inflasi, yaitu :
·         Inflasi tarikan permintaan, inflasi ini terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat, kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa sehingga menimbulkan inflasi.
·         Inflasi desakan biaya. Inflasi desakan biaya terjadi dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran adalah sangat rendah.
·         Inflasi diimpor. Inflasi yang diimpor atau imported inflation merupakan kenaikan harga yang sangat dipengaruhi oleh tingkat harga barang-barang tersebut akan sangat berdampak terhadap kenaikan harga barang-barnag di dalam negeri.
Menurut Didit Herlianto (2013, h. 155), indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah indeks harga konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of Individual Consumtion by Purpose- COICOP), yaitu :
·         Kelompok bahan makanan
·         Kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau
·         Kelompok perumahan
·         Kelompok sandang
·         Kelompok kesehatan
·         Kelompok pendidikan dan olahraga
·         Kelompok transportasi dan komunikasi
Efek inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional :
1.      Efek terhadap pendapatan
Yakni sifatnya tidak merata, ada pihak yang dirugikan dan ada yang diuntungkan. Seseorang dengan pendapatan tetap akan dirugikan karena adanya inflasi. Demikian pula orang yang menimpan kekayaannya dalam bentuk kas. Pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, serta mereka yang menimpan kekayaannya bukan berbentuk uang dengan nilainya naik yang melebihi inflasi (misalnya tanah, emas).
2.      Efek terhadap alokasi faktor produksi
Disebut juga efek terhadap efisiensi. Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan barang yang mendorong terjadinya perubahan dalam produksi. Dengan adanya inflasi, permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain dan kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi tersebut akan merubah pola alokasi faktor produksi menjadi lebih efisien apabila tidak terjadi inflasi. Namun pada waktu inflasi kenaikkan produksi tersebut cenderung tidak efisien.
3.      Efek terhadap produk nasional
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Karena kenaikan harga barang biasanya mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha meningkat: keniakan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila inflasi terlalu tinggai dapat berakibat sebaliknya. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang tiil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan rurunnya produksi barang.

TEORI, JENIS, BIAYA INFLASI DAN SUKU BUNGA
A.    Teori Inflasi
1.      Teori kuantitas
Adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah :
·         Pertambahan jumlah uang yang beredar
·         Psokologi masyarakat    kenaikan harga-harga di masa mendatang
2.      Teori keynes
Teori ini mengatakan inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia. Selama inflationary gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi berkelanjutan. Teori ini menarik karena :
·         Menyoroti peranan sistem distribusi pendapatan dalam proses inflasi
·         Menyarankan hubungan antara inflasi dan faktor-faktor non-ekonomis
3.      Teori strukturalis
Yaitu teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran dari struktu perekonomian negara-negara sedang berkembang. Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka panjang, karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian.
B.     Jenis Inflasi
1.      Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama, (Putong, 2002:260) yaitu :
·         Inflasi merayap/rendah, yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun
·         Inflasi menengah, besarnya antara 10-30% pertahun
·         Inflasi berat, yaitu inflasi besarnya antara 30-100% pertahun
·         Inflasi sangat tinggi, yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%)
2.      Berdasarkan sebabnya, inflasi dibagi menjadi 2, yaitu :
·         Demand pull inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh
·         Cost push inflation.inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi
3.      Berdasarkan asalnya,inflasi dibagi menjadi 2, yaitu :
·         Inflasi yang berasal dari dalam negeri yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara
·         Inflasi yang berasal dari luar negeri, karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, harga-harga barang
·         Juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal
C.    Biaya inflasi
Biaya inflasi diharapkan muncul karena hal-hal berikut (Putong, 2002 : 262-263) :
1.      Shoe leather cost, menyatakan bila inflasi sesuai dengan harapan maka relatif penetapan suku bunga bank akan lebih besar dari tingkat inflasi
2.      Menu cost, yaitu yang muncul karena perusahaan harus sering mengubah harga dan itu harus mencetak dan mengedarkan katalog baru
3.      Complaint and opportunity loss cost. Bila perusahaan dengan sengaja tidak mau mengganti katalog baru, maka perusahaan akan mengalami kerugian karena harga akan naik,sementara perusahaan menjual dengan harga lama.
4.      Biaya perubahan peraturan/undang-undang pajak
5.      Biaya ketidaknyamanan hidup
Biaya inflasi yang tidak diharapkan :
1.      Redistribusi pendapatan antara debitor dengan kreditor
2.      Penurunan nilai uang pensiunan
D.    Tingkat Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan utang jangka pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan menaknisme BI rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate  ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agara rata-rata tertimbang suku bunga SBI satu bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate.
Selanjutnya suku bunga SBI satu bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang antar bank dan suku bunga jangka yang lebih panjang. Perkembangan tingkat suku bunga yang tidak wajar secara langsung dapat mengganggu perkembangan perbankan. Suku bunga yang tinggi, disatu sisi, akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat (Pohan, 2008). Tingkat suku bunga menjadi ukuran berapa biaya atau pendapatan sehubungan dengan penggunaan uang untuk periode jangka waktu tertentu (Loen dan Ericson, 2008). Disisi perbankan, dengan bunga yang tinggi, bank akan mampu menghimpun dana untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada dunia usaha,
BI rate merupakan suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bnak Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter. Secara sederhana, BI rate merupakan indikasi tingkat suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi (Nuryazini, 2008). Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral disebutkan bahwa salah satu tugas Bank Indonesia adalah sebagai otoritas moneter yang salah satunya adalah operasi pasar terbuka.
Dalam operasi pasar terbuka, BI dapat melakukan tranksaksi surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia yang merupakan hutang berjangka waktu pendek. SBI memiliki karakteristik : (1) jangka waktu maksaimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan, (2) denominasi dari yang terndah 50 juta rupiah hingga tertinggi 100 juta rupiah, (3) pembelian SBI oleh masyarakat minimal 100 juta rupiah dan selebihnya, kelipatan 50 juta rupiah, (4) pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount), (5) pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka, (6) pajak penghasilan atas diskonto dikenankan secara final sebesar 15%, (7) SBI diterbitkan tanpa warkat, (8) SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Tingkat suku bunga SBI di pasar menentukan minat masyarakat dalam menentukan pilihannya. Apabila tingkat suku bunga semakin tinggi, maka pilihan investor dalam melakukan investasi akan semakin rendah. Alasannya karena investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi yang elbih besar dari tingkat suku bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan biaya dari penggunaan dana, demikian pula sebaliknya.

DAMPAK DAN PENCEGAHANNYA
A.    Dampak inflasi
1.      Bila harga barang secara umum naik terus-menerus, maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan yang menborong barang
2.      Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang, sehingga banyak bank di rush
3.      Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran, sehingga harga akan terus menerus naik
4.      Bila inflasi berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli
5.      Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan
6.      Dampak positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah yang mana barangnya lebih laku pada saat harganya semakin tinggi
7.      Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh
B.     Cara mencegah dan mengatasi inflasi
Dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan, (Nopirin, 2005 : 34-35), yaitu :
1.      Kebijakan moneter
Mengatur jumlah uang yang beredar. Salah satu komponennya adalah uang giral. Uang diral dapat terjadi dalam dua cara, yaitu seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro dan seseorang memperoleh pinjaman dari bank berbentuk giro. Bank sentral juga dapat mengatru uang giral dengan menaikkan cadangan minimum, sehingga uang beredar lebih kecil.
2.      Kebijakan fiskal
Dengan cara pengurangan pengeluaran pemerintah serta menekan kenaikan pajak yang dapat mengurangi penerimaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3.      Kebijakan yang berkaitan dengan output
Dengan menaikkan jumlah output misal dengan cara kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang meningkat, bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga
4.      Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing
Dengan penentuan celling harga, serta mendasarkan pada indekx harga tertentu untuk gaji/upah. Jika indexx harga naik, maka gaji juga akan naik begitu pula kalau harga turun
5.      Devaluasi
Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakikan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.


C.    Daftar pustaka
Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Terhadap
Indeks Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis. Vol.13 Bulan mei 2015.
Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap
Profitabilitas Bank Periode 2003-2007. Jurnal Karisma. Vol.3 (2) ;87-98, 2009
Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Jurnal STIE MDP. 2012.
Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Inflasi Di Indonesia Sebelum
dan Sesudah Diterapkannya Kebijakan Inflation Targeting Framework Periode 2002 : - 2010:12. Media Ekonomi Vol. 19, Agustus 2011
Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan PT.
BANK MANDIRI, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan. Artikel Universitas Gunadarma 2012.
Analisis Pengaruh Suku Bunga Bi, Jumlah Uang Yang Beredar, dan Tingkat Kurs
Terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vo. 14 No. 2, Mei 2014.
Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Indeks
Harga Saham. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRSMI). Vo. 4. No. 1, 2013.
Andrianus, Fery dan Amelia Niko. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 1997:3-2005:2. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 11, No. 2, Agustus 2006 Hal: 173-186.
Dampak Depresiasi Nilai Tukar dan Pertumbuhan Uang Beredar Terhadap Inflasi :
Aplikasi Threshold Model. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2011.
Erawati, Neny dan Richard Llewelyn. Analisa Pergerakan Suku Bunga dan Laju Ekspektasi Inflasi Untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan. Vol. 4, No. 2, September, 2002: 98-107.
Ibrahim, Ida Musdafia. Kaidah Fikih Dalam Mengatasi Transaksi Yang Mengalami Inflasi. Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam Vol. 4, No. 1, 2014.
Kaidah Fikih Dalam Mengatasi Transaksi Yang Mengalami Inflasi. Jurnal Ekonomi
dan Hukum Islam, Vol.4, No 1 2014.
Kewal, Suramaya Suci. Pengaruh  inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan pdb
terhadap indeks harga saham gabungan. Jurnal economia, Vol 8, No. 1, April 2012.
Lindiarta, Ayudha. Analisis Pengaruh Tingkat Upah Minimum, Inflasi, dan Jumlah Penduduk Terhadap Pengangguran di Kota Malang (1996-2013). Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya, 2014.
Listriono, Kukuh dan Elva Nuraina. Peranan Inflasi, BI Rate, Kurs Dollar (USD/IDR) Dalam Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 6, No. 1, 2015, pp:63-74.
Mulyani, Neny. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index. Jurnal bisnis dan manajemen eksekutif vol. 1, No. 1, 2014.
Noor, Zulki Zulkifli. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Tukar. Trikonomika. Vol. 10, No. 2, Desember 2011, hal. 139-147 ISSN 1411-514X.
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD, Profitabilitas,
dan Pertumbuhan Aktiva Terhadap Harga Saham Perusahaan Pembiayaan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Kebangsaan, vol.1 No.1 Januari 2012.
Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Return Saham PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk. Jurnal Stie MDP 2012.
Pengaruh Konsumsi, Investasi, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap Penentuan
Kebijakan Suku Bunga SBI. Jurnal Publika. Vol. 2 No. 2, Juli 2010.
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhadap Nilai
Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius). Vol. 1 No. 2 Mei 2011.
Pengaruh Suku Bunga Internasional (LIBOR), Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Inflasi
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2000-2010.
Puspitasari, Erna et al,. Perbandingan Analisis Faktor Klasik dan Analisis Faktor Robust Untuk Data Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Awa Tengah. Jurnal Gaussian, Vo. 3, No. 3, 2014, Hal 343-352.
Pratiwi, Ardianing. Determinan Inflasi Indonesia : Jangka Panjang dan Pendek. Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya, 2013.
Raharjo, Dwi dan Joko S. Model Artificial Neural Network Berbasis Particle Swarm Optimization Untuk Prediksi Laju Inflasi. Jurnal Sistem Komputer. Vol. 3, No. 1, Juni 2013, ISSN: 2087-4685.
Ramdan, Muhamad et al,. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Volume Impor Mobil CBU (Completely Built Up) Dengan Nilai Tukar Rupiah Sebagai Variabel Moderasi (Studi Pada Volume Impor Mobil CBU Gaikindo Periode Tahun 2005-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (Jab) Vol. 15 No. 2 Oktober 2014.
Rachma, Alvita et al,. Analisis Inflasi Kota Semarang Menggunakan Metode Regresi Non Parametrik B-Spline. Jurnal Gaussian, Vol. 3, No. 2, 201, Hal 193-202.
Utomo, Fajar Wahyu. Pengaruh Inflasi dan Upah Terhadap Pengangguran di Indonesia Periode Tahun 1980-2010. Jurnal Imliah, Universitas Brawijaya, 2013.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar