Selasa, 19 Januari 2016



LEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR



Disusu Oleh:
OKTA NOFIA SARI
B200120110 (KELAS B)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Fluktuasi nilai tukar mata uang memiliki pengaruh terhadap setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan ekspor maupun impor. Fluktuasi kurs memiliki dampak pada nilai perusahaan karena dapat berpengaruh pada jumlah arus masuk kas yang diterima dari kegiatan ekspor perusahaan atau dari anak perusahaan, yang mempengaruhi jumlah arus keluar kas yang digunakan untuk membayar impor. Kurs nilai tukar suatu mata uang mengukur nilai satu satuan mata uang terhadap mata uang lain, jika terdapat perubahan pada kondisi ekonomi maka kurs mata uang dapat berubah cukup besar (Hanafi, 2006:362 dalam Triyono, 2008).
Kurs merupakan salah satu harga yang penting dalam perekonomian terbuka karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar. Mengingat pengaruhnya yang bsar bagi neraca perdagangan, transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif  baik atau stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional (Triyono, 2008).
            Penguatan nilai tukar mata uang tidak selalu memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan, sama seperti pelemahan nilai tukar yang belum tentu berdampak negatifpada perusahaan, sebab fluktuasi nilai tukar mata uang akan menyebabkan terjadinya eksposur ekonomi dalam perdagangan bebas. Eksposur ekonomi adalah tingkat dimana nilai sekarang arus kas perusahaan dipengaruhi fluktuasi kurs, transaksi bisnis internasional yang memerlukan konversi mata uang mencerminkan eksposur transakasi, eksposur transaksi terjadi saat perkiraan transaksi kas masa depan suatu perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs (Madura, 2006:413 dalam Perdana dkk, 2014).
Judul makalah dipilih oleh penulis karena menarik perhatian untuk dicermati dan dapat memberi paparan yang lebih jauh mengenai melemahnya nilai rupiah terhadap ekspor yang mempunyai peran sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi disuatu negara.


B.     Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1.      Menjelaskan Definisi Nilai Tukar atau Kurs
2.      Memaparkan Perkembangan  Sistem  Nilai  Tukar  di Indonesia
3.      Menjelaskan Faktor  yang  Mempengaruhi  Nilai  Tukar Mata Uang
4.      Memaparkan  Perkembangan Ekspor
5.      Menjelaskan lemahnya nilai tukar rupiah dan contoh kasus yang menyebabkan melemahannya nilai tukar rupiah terhadapnilai ekspor

C.    Manfaat
Dengan disusunnya makalah ini, manfaat yang diharapkan untuk pembacaadalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui Definisi Nilai Tukar atau Kurs
2.      Mengetahui Perkembangan  Sistem  Nilai  Tukar  di Indonesia
3.      Mengetahui Faktor  yang  Mempengaruhi  Nilai  Tukar Mata Uang
4.      Mengetahui  Perkembangan Ekspor
5.      Mengetahui lemahnya nilai tukar rupiah dan contoh kasus yang menyebabkan melemahannya nilai tukar rupiah terhadapnilai ekspor


BAB II
LANDASAN TEORI

Nilai Tukar (Kurs)
            Perdana dkk (2014) mendefinisikan nilai  tukar  atau  kurs  (foreign exchange  rate)  adalah  nilai  mata  uang  suatu negara  relatif  terhadap  nilai  mata  uang  negara lain.  Karena  nilai  tukar  ini  mencakup  dua  mata uang,  maka  titik  keseimbangannya  ditentukan oleh  penawaran  dan  permintaan  dari  kedua  mata uang tersebut. Triyono (2008) mendefinisikan  Kurs (Exchange Rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
            Nizar (2012)  mengungkapkan naik-turunnya harga valuta asing yang sekaligus menandai naik turunnya nilai rupiah akan sangat ditentukan oleh perimbangan kebutuhan (permintaan) dengan ketersediaan valuta asing. Apabila permintaan valuta asing lebih besar dari penawarannya(excess demand), maka harga valuta asing akan naik. Artinya, dari sudut pandang nilai tukar rupiah mata uang asing menjadi lebih mahal sehingga jumlah rupiah yang dibutuhkan untuk mendapatkan valuta asing menjadi lebih besar.

Perkembangan  Sistem  Nilai  Tukar  di Indonesia
Dalam  sejarah  perekonomian  Indonesia sistem  nilai  tukar  di  Indonesia  pada  intinya
dikelompokkan  menjadi  empat  bagian.  Penetapan sistem nilai tukar oleh Bank Indonesia didasarkan pada berbagai pertimbangan, khususnya yang berkaitan  dengan  kondisi  ekonomi  pada  saat  itu. sistem  nilai  tukar  yang  berlaku  di  Indonesia sebagai berikut:
1)  Sistem  Nilai  Tukar  Bertingkat  (Multiple Exchange Rate System)
Sistem  ini  dimulai  sejak  Oktober  1966 hingga  Juli  1971.  Penggunaan  sistem  ini
dilakukan  dalam  rangka  menghadapi berfluktuasinya  nilai  rupiah  serta  untuk
mempertahankan  dan  meningkatkan  daya  saing yang hilang karena adanya inflasi dua digit selama periode tersebut.
2)  Sistem  Nilai  Tukar  Tetap  (Fixed  Exchange Rate System)
Sistem  yang  berlaku  mulai  Agustus  1971 hingga  Oktober  1978  ini  mengaitkan  secara langsung nilai tukar rupiah dengan dollar Amerika serikat. Pemberlakuan  sistem  dilandasi  oleh  kuatnya posisi  neraca  pembayaran  pada  kurun  waktu 1971-1978.  Neraca  pembayaran  tersebut  kuat karena  sektor  migas  mempunyai  peran  besar dalam  penerimaan  devisa  ekspor  yang  didukung oleh  peningkatan  harga  minyak  mentah  (masa keemasan minyak).
3)  Sistem  Nilai  Tukar  Mengambang  Terkendali (Managed FloatingExchange Rate)
Sistem  ini  belaku  sejak  November  1978 sampai  Agustus  1997.  Pada  masa  ini  nilai  rupiah tidak  lagi  semata-mata  dikaitkan  dengan  dolar Amerika Serikat akan tetapi terhadap sekeranjang mata  uang  asing  (basket  currency).  Pada  periode ini  telah  terjadi  tiga  kali  devaluasi  yaitu  pada bulan  November  1978,  Maret  1983,  dan September  1986.  Setelah  devaluasi  tahun  1986, nilai  nominal  rupiah  diperbolehkan  terdepresiasi sebesar  3-5%  per  tahun  untuk  mempertahankan nilai  tukar  riil  yang  lebih  baik. Bank Indonesia  melakukan  intervensi  di  pasar  valuta asing  karena  semata-mata  untuk  menjaga kestabilan  nilai  tukar  rupiah  yang  lebih  banyak ditentukan  oleh  kekuatan  pasar.  Awalnya, penerapan  sistem  nilai  tukar  mengambang  ini menyebabkan  terjadinya  gejolak  yang  berlebihan (overshooting). 
Faktor  yang  Mempengaruhi  Nilai  Tukar Mata Uang
Kurs  keseimbangan  nilai  tukar  akan berubah sepanjang waktu karena perubahan kurva permintaan  dan  penawaran,  berikut  adalah  faktor-faktor  yang  menyebabkan  perubahan  kurva permintaan dan penawaran. 
1)  Tingkat Inflasi Relatif
Salah  satu  faktor  yang  menyebabkan fluktuasi  nilai  tukar  mata  uang  adalah  tingkat inflasi  relatif.  Tingkat  inflasi  relatif  adalah menurunnya  suatu  nilai  mata  uang  Perubahan pada  tingkat  inflasi  relatif  dapat  mempengaruhi aktifitas  perdagangan  internasional,  yang  akan mempengaruhi  permintaan  dan  penawaran  suatu mata  uang  dan  karenanya  mempengaruhi  kurs nilai tukar.
2)  Suku Bunga Relatif
Perubahan  pada  suku  bunga  relatif mempengaruhi  investasi  pada  sekuritas  asing, yang  akan  mempengaruhi  permintaan  dan penawaran  mata  uang  dan  karenanya mempengaruhi  kurs  nilai  tukar.  Selama  periode tahun  1999    2000,  suku  bunga  Eropa  relatif rendah  dibandingkan  dengan  suku  bunga  AS. Perbedaan suku bunga ini membuat investor eropa terdorong  untuk  menginvestasikan  uangnya  pada sekuritas dalam dollar. Aktivitas ini menghasilkan sejumlah  penawaran  atas  euro  pada  pasar  mata uang  asing  dan  memberikan  tekanan  yang menurunkan nilai euro.
3)  Tingkat Pendapatan Relatif
Faktor  ketiga  yang  mempengaruhi  kurs mata  uang  adalah  tingkat  pendapatan  relatif. Karena  pendapatan  mempengaruhi  jumlah permintaan barang impor, maka pendapatan dapat mempengaruhi kurs mata uang. Perubahan tingkat pendapatan  juga  dapat  mempengaruhi  kurs  nilai tukar  secara  tidak  langsung  melalui  dampaknya pada suku bunga.
4)  Pengendalian Pemerintah
Pemerintah  negara  asing  dapat mempengaruhi  kurs  nilai  tukar  dengan  berbagai
cara,  yaitu:    a)  mengenakan  batasan  pertukaran atas mata uang asing ; b) mengenakan batasan atas perdagangan  asing  ;  c)  mencampuri  pasar  mata uang  asing  (dengan  membeli  atau  menjual  mata uang)  ;  d)  mempengaruhi  variabel  makro  seperti inflasi,  suku  bunga,  dan  tingkat  pendapatan.
5)  Prediksi Pasar
Faktor  selanjutnya  adalah  prediksi  pasar mengenai  kurs  mata  uang  di  masa depan,  seperti pasar  keuangan  lain,  pasar  mata  uang  asing  juga bereaksi  terhadap  berita  yang  memiliki  dampak dimasa  depan.  Berita,  adanya  kemungkinan kenaikan inflasi AS menyebabkan pedagang mata uang menjual dollar, sebagai antisipasi penurunan dollar dimasa depan.

Ekspor
Ekspor  merupakan  bagian  yang  sangat penting  dalam  perekonomian  sebuah  negara, kegiatan  ekspor  memberikan  lapangan  kerja  bagi banyak  orang  serta  menghasilkan  devisa  yang sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan suatu  negara.  Oleh  karena  itu  pengembangan ekspor  sebagai  bagian  yang  tak  terpisahkan  dari upaya  untuk  meningkatkan  perekonomian  perlu mendapat perhatian khusus.
Dalam  perdagangan  internasional  kegiatan jual    beli  tersebut  dinamakan  transaksi  ekspor  – impor,  transaksi  ekspor  impor  adalah  transaksi jual beli produk antara pengusaha yang bertempat tinggal  di  negara    negara  yang  berbeda  atau transaksi  perdagangan  antara  negara  yang  satu dengan  yang  lain.  Secara  yuridis  ekspor  adalah kegiatan menjual barang dari dalam negeri ke luar peredaran  Republik  Indonesia  dan  barang  yang
dijual  harus  dilaporkan  kepada  direktorat  jendral bea  dan  cukai  departement  keuangan,  sedangkan impor  secara  yuridis  adalah  kegiatan  membeli barang  luar  negeri  ke  dalam  peredaran  Republik Indonesia dan barang yang dijual harus dilaporkan kepada  direktorat  jendral  bea  dan  cukai departement  keuangan.
Ada beberapa contoh kasus yang menyebabkan pelemahan nilai tukar dolar terhadap niali ekspor yaitu :
1.      nilai tukar tidak pernah stabil,
2.      rupiah melemah
3.      faktor di luar negeri mempengaruhi nilai tukar rupiah
4.      defisit neraca ekspor-impor
5.      perlambatan pertambahan ekonomi



BAB III
PEMBAHASAN

Problematika melemahnya nilai tukar rupiah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Bahwa valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin besar kemampuan untuk impor makin besar pula permintaan  akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung meningkat dan harga mata uang sendiri turun. Demikian juga melemahnya rupiah akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun kemudian akan menyebabkan valuta asing naik.
Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah bagi Indonesia, yaitu mengakibatkan menurunya kesejahteraan masyarakat. Bagi pelaku bisnis yang berbasis impor dengan pasar domestik. Bagaimana tidak menjadi masalah, ketika terjadi nilai rupiah yang melemah membuat terjadinya ketimpangan pada barang-barang ekspor dan perusahaan yang berorientasi pada bahan baku impor. Dimana barang-barang ekspor Indonesia lebih berdaya saing, namun disisi lain biaya menjadi tinggi terlebih biaya dari perusahaan yang berhutang dalam dollar AS atau menggunakan bahan baku impor. Hal tersebut dapat menggambarkan terdapat dampak positif dan dampak negatif yang terjadi ketika nilai tukar rupiah melemah. Bagi pelaku bisnis yang berbasis impor dengan berorientasi pada pasar domestik, melemahnya nilai tukar rupiah berdampak terhadap meningkatnya biaya produksi.
Apabila kondisi ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan berdampak langsung pada penurunan nilai perusahaan. Jumlah industri yang berorientasi pada bahan baku impor sangat banyak, bahkan dominan dalam struktur industri nasional. Pada level pasar, harga produk akan disesuaikan dengan cara menaikkan harga. Posisi ini berimplikasi pada indikator stabilitas ekonomi makro, yaitu inflasi. Maka solusi utama yang harus dilakukan agar rupiah tak terus tertekan adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan cara mulai membangun industri-industri substitusi impor. Dalam hal ini pembangunan industri jaman Soekarno sebenarnya lebih visioner yaitu Soekarno membangun PT Krakatau Steel dimana baja memang dibutuhkan sebagai bahan baku yang strategis. Sayangnya sekarang PT Krakatau Steel sudah dijual. Kebijakan industri Soekarno itu tampaknya tak diteruskan di jaman Orde Baru yang menempuh jalan pintas dengan langsung membangun industri hilir berorientasi ekspor padahal bahan baku dan barang modalnya masih impor. Nilai Tukar Rupiah terus melemah jauh melampaui asumsinya di APBN-P 2015 yang dipatok Rp 12.500 per dolar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bahkan sempat menyentuh Rp 13.246 per dolar AS. Dampak negatifnya adalah inflasi Indonesia akan naik lewat jalur kenaikan harga abarang-barang impor. Seperti diketahui Indonesia sampai saat ini masih tergantung pada barang-barang impor khususnya bahan baku dan barang-barang modal. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan tertekannya daya beli masyarakat khususnya masyarakat yang pendapatannya kecil dan tetap. Dampak negatif lain adalah jika rupiah terus melemah terhadap dolar AS melebihi asumsi APBN maka akan menimbulkan ketidakpastian bagi dunia usaha. Harap maklum Asumsi nilai tukar di APBN disamping penting bagi APBN itu sendiri, juga dianggap sebagai patokan atau arah kebijakan makro ekonomi Indonesdia bagi dunia usaha. Ada 2 faktor yang menyebabkan rupiah melemah yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah membaiknya ekonomi AS sehingga nilai tukar dolar AS menguat terhadap semua mata uang lain. Faktor eksternal yang lain adalah isu kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) untuk menarik dana insentif untuk memperbaiki ekonomi AS karena ekonomi AS memang sudah membaik (dikenal sebagai kebijakan Tappering Off). Sedangkan faktor internal dari Indonesia adalah terus membengkaknya defisit neraca transaski berjalan yaitu ekspor dan impor barang dan jasa. Kalau tahun 2012 defisit itu sebesar Rp 24,418 miliar, meningkat menjadi Rp 29,115 miliar, dan meningkat lagi menjadi Rp 26,233 miliar tahun 2014. Sebab defisit adalah naiknya impor bahan baku dan barang modal dan pembayaran utang luar negeri.
Maka solusi utama yang harus dilakukan agar rupiah tak terus tertekan adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan cara mulai membangun industri-industri substitusi impor. Dalam hal ini pembangunan industri jaman Soekarno sebenarnya lebih visioner yaitu Soekarno membangun PT Krakatau Steel dimana baja memang dibutuhkan sebagai bahan baku yang strategis. Sayangnya sekarang PT Krakatau Steel sudah dijual. Kebijakan industri Soekarno itu tampaknya tak diteruskan di jaman Orde Baru yang menempuh jalan pintas dengan langsung membangun industri hilir berorientasi ekspor padahal bahan baku dan barang modalnya masih impor.
            Langkah lain adalah menarik pulang devis hasil ekspor yang sekarang masih banyak parkir di bank-bank luar negeridengan cara misalnya membebaskan pajak bunga deposito hasil ekspor tersebut. Kepulangan devisa hasil ekspor sangat penting untuk meyangga cadangan devisa Indonesia untuk kepentingan BI menstabilkan nilai tukar rupiah.





Daftar pustaka
Agustina, Reny. 2014. Pengaruh Ekspor, Impor, Nilai Tukar Rupiah, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Volume 4, Nomor 02, Oktober 2014

Izzudin. 2016. Rupiah Dibuka Masih Tak Berdaya. http://ekbis.sindonews.com/read/1078239/32/rupiah-dibuka-masih-tak-berdaya-1453173046. 19 januari 2016

Jansen, Rikho. 2015. Harga dolar vs rupiah hari ini 22 oktober 2015 : nilai tukar rupiah makin tertekan, open 13.739 !harga emas antam turun.  http://news.hargatop.com/2015/10/22/harga-dolar-vs-rupiah-hari-ini-22-oktober-2015-nilai-tukar-rupiah-makin-tertekan-open-13-739-harga-emas-antam-turun/4117242.html, 22 oktober 2015

 Kelen, Lusianus Heronimus Sinyo dan Pakereng, Yulita Milla.  2009. Analisis  Pergerakan Nilai Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Dan Dolar Australia Pasca Tragedi Ledakan Bom Hotel Jw Marriot Dan Ritz Carlton Di Jakart. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2 September 2009: 147-167
Kurniawan, Anto. 2016. IHSG Masih Memerah, Rupiah Siang Ini Balik Menguat. http://ekbis.sindonews.com/read/1078271/32/ihsg-masih-memerah-rupiah-siang-ini-balik-menguat-1453179906. diakses tanggal 19 januari 2016
Mukhlis, Imam. 2011. Analisis Volatilitas Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap
Dolar. Journal of Indonesian Applied Economics Vol. 5 No. 2 Oktober 2011, 172-182
Nizar, Muhammad Afdi. 2012. The Effect Of Tourism On Rupiah Exchange Rates. MPRA Paper No. 65629, posted 21. July 2015 04:27 UTC
Perdana, Dio Putra. 2014. Pengaruh Pelemahan Nilai Tukar Mata Uang Lokal (Idr)  Terhadap Nilai Ekspor (Studi Pada Ekspor Crude Palm Oil (Cpo) Indonesia Tahun 2009-2013). Jurnal Administrasi Bisnis  (JAB)| Vol. 17  No. 2  Desember 2014
Triyono 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika.Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 156 – 167
Wibowo, Satrio. 2012. Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Indeks Saham Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 14, No. 2, Agustus 2012, hlm 117-130







Tidak ada komentar:

Posting Komentar