Selasa, 19 Januari 2016

PAPER AKUNTANSI INTERNASIONAL
ANALISIS PERUBAHAN KURS RUPIAH
TERHADAP DOLLAR AMERIKA
                                                                              

Disusun Oleh :
Estu Putri Pamungkas Sari
B200120401/ B


  A.      LATAR BELAKANG
Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu variabel ekonomi makro yang sangat penting, karena pergerakan nilai kurs  dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi. Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu cara bagi suatu negara untuk bias bertransaksi dengan dunia luar karena dengan menggunakan kurs, transaksi dengan luar negeri dapat berjalan dengan baik. Namun ada kendala dalam kurs ini, bahwa tidak setiap nilai mata uang setiap negara adalah sama. Nilai mata uang ini dapat dipengaruhi oleh banyak nya permintaan dan penawaran uang yang terjadi dipasar uang.Pentingnya peranan nilai tukar mata uang bagi suatu negara, mendorong dilakukannya berbagai upaya untuk menjaga posisi kurs mata uang suatu negara berada dalam keadaan yang relative stabil. Stabilitas kurs mata uang juga dipengaruhi oleh system kurs yang dianut oleh suatu negara.
Faktor non ekonomi lebih sering dianggap sebagai penyebab gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar. Untuk membuktikan, bahkan mengukur seberapa besar pengaruh non ekonomi tersebut akan sangat sulit dilakukan. Keadaan tersebut berbedadengan keberadaan faktor ekonomi, yang antara lain seperti inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, pendapatan nasional, dan posisi neraca pembayaran internasional, yang umumnya relatif dapat lebih terukur.

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dengan perekonomian terbuka kecil, memungkinkan penduduknya untuk memiliki akses secara penuh dalam perekonomian dunia. Perekonomian terbuka yang dilakukan suatu negara tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor. Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbuka kecil telah mengalami beberapa penggantian system kurs.Semenjak agustus 1997 indonesia menerapkan system kurs mengambang bebas dimana posisi nilai yukar rupiah terhadap nilai tukar asing ditentukan oleh mekanisme pasar. Pergerakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar amerika semenjak pemberlakuan system kurs mengambang bebas, kurs mengalami keterpurukan akibat krisis moneter yangmengakibatkan jatuhnya nilai mata uang domestic secara tajam.
Pada dasarnya pada sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar mata uang domestic terhadap mata uang asing ditentukan melalui kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata yang asing yang bersangkutan di pasar valuta asing.  Sistem nilai tukar ini menghendaki tidak adanya campur tangan pemegang otoritas moneter suatu negara secara formal dalam rangka menstabilkan atau mengatur nilai tukar mata uangnya.  Dengan demikian diharapkan perhatian pemegang otoritas moneter semakin terfokus pada tanggung jawab pengendalian moneter dalam negeri, misalnya pengendalian inflasi domestik.

Oleh karena penentuan nilai tukar mata uang dalam sistem mengambang bebas ditentukan oleh mekanisme pasar, maka hal tersebut akan sangat bergantung pada kekuatan faktor-faktor ekonomi yang diduga dapat mempengaruhi kondisi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar valuta asing. Faktor-faktor tersebut, antara lain adalah (Madura 2000: 100-103):
1.      Perbedaan tingkat inflasi antara dua negara
2.      Perbedaan tingkat bunga anta dua negara
3.      Perbedaan tingkat pendapatan nasional antara dua negara

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini menganalisis mengenai bagaimana pengaruh jumlah uang beredar (JUB), inflasi, suku bunga (SBI), dan impor, pada kurs rupiah terhadap dollar AS.

  B.     PENGERTIAN KURS
Kurs (Exchange Rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga  antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Depresiasi mata  uang rupiah terhadap dolar AS artinya suatu  penurunan harga dollarAS terhadap rupiah.  Depresiasi mata uang negara membuat harga  barang-barang domestik menjadi lebih murah  bagi fihak luar negeri. Sedang apresiasi rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan  rupiah terhadap dollar AS. Apresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang- barang domestik menjadi lebih mahal bagi  pihak luar negeri (Sukirno, 1981:297). Kurs rupiah terhadap dollar AS memainkan peranan sentrel dalam perdagangan internasional,  karena kurs rupiah terhadap dollar AS  memungkinkan kita untuk membandingkan  harga semua barang dan jasa yang dihasilkan berbagai negara. Kurs valuta asing dapat diklasifikasikan kedalam kurs jual dan kurs beli. Selisih dari penjualan dan pembelian  merupakan pendapatan bagi pedagang valuta
asing. Sedang bila ditinjau dari waktu yang  dibutuhkan dalam menyerahkan valuta asing  setelah transaksi kurs dapat diklasifikasikan dalam kurs spot dan kurs berjalan (forward
exchange).

  C.     SISTEM KURS DAN DASAR PERTIMBANGAN PENETAPANNYA
Pada dasarnya terdapat lima jenis system kurs utama yang berlaku (Kuncoro,1996:27) yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs),sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed ex-change rate).
Pada jenis sistem kurs mengambang,kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila ada terdapat  campur tangan pemerintah maka system ini  termasuk mengambang terkendali (managed  floating exchange rate).
Pada sistem kurs tertambat, suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya.
Sistem kurs tertambat merangkak, di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu.Keuntungan utama darisistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya  dalam periode yang lebih lama jika di  banding dengan system kurs terambat.
Sistem sekeranjang mata uang, keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam  sekeranjang mata uang. Mata uang yang di masukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam mem- biayai perdagangan negara tertentu.
Sistem kurs tetap, dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs  dengan cara membeli atau menjual valas  dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs  tersebut. Bagi negara yang sangat rentan  terhadap gangguan ek sternal, misalnya memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan internal,  seperti sering mengalami gangguan alaam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan yang beresiko tinggi.

  D.     HUBUNGAN ANTARA KURS DENGAN JUMLAH UANG BEREDAR
Bahwa peredaran reserve valuta asing (neraca pembayaran) timbul sebagai akibat kelebihan permintaan atau penawaran uang. Apabila terdapat kelebihan jumlah uang  beredar maka neraca pembayaran akan defisit  dan sebaliknya apabila terdapat kelebihan  permintaan uang, neraca pembayaran akan  surplus kelebihan jumlah uang beredar akan mengakibatkan masyarakat membelanjakan  kelebihan ini, misalnya untuk impor atau membeli surat-surat berharga luar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar, yang berarti permintaan akan valas naik sedangkan  permintaan mata uang sendiri turun (Nopirin, 1997: 222). Jika pemerintah menambah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga dan merangsang investasi keluar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar pada giliran kurs valuta asing naik (apresiasi).
Dengan menaiknya penawaran uang atau atau jumlah uang beredar akan menaikkan harga barang yang diukur dengan (term of money) sekaligus akan menaikkan harga valuta asing yang diukur dengan mata uang domestik (Herlambang, dkk, 2001)
a.       Hubungan Inflasi dengan Kurs
Nilai tukar dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dan dua negara, sedang-kan nilai tukar riil menunjukkan tingkat ukuran (rate)suatu barang dapat diperdagangkan antar negara. Jika nilai tukar riil tinggi berarti harga produk luar negeri relatif murah dan harga produk domestik relatif mahal. Persentase perubahan nilai tukar nominal sama dengan persentase perubahan nilai tukar riil ditambah perbedaan inflasi antara inflasi luar negeri dengan inflasi domestik (persentase perubahan harga inflasi). Jika suatu negara luar negeri lebih tinggi inflasinya dibandingkan domestik (Indonesia) maka Rupiah akan ditukarkan dengan lebih banyak valas. Jika inflasi meningkat untuk membeli valuta asing yang sama  jumlahnya harus ditukar dengan Rupiah yang makin banyak atau depresiasi Rupiah (Herlambang, dkk, 2001 : 282)
b.      Hubungan Suku Bunga dengan Kurs
Kebijakan yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran stabilitas harga atau pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan-kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen moneter (suku bunga atau agregat moneter). Salah satu jalur yang  digunakan adalah jalur nilai tukar, berpendapat bahwa pengetatan moneter yang mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar  karena adanya pemasukan modal dan luar negeri (Arifin, 1998: 4).
c.       Hubungan Nilai Impor dengan Kurs
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Bahwa valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin besar kemampuan untuk impor makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung meningkat dan harga mata uang sendiri turun. Demikian juga inflasi akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun kemudian akan menyebabkan valuta asing naik. (Nopirin, 1997: 148).

  E.     KESIMPULAN
Berdasarkan hasil regresi model ECM (Error Correction Model)mengenai pengaruh inflasi, JUB, SBI, dan impor (M) terhadap kurs, maka dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
1.Berdasarkan hasil uji stasioneritas menunjukkan bahwa variabel impor sudah stasioner pada derajat α= 5%. Sedangkan variabel kurs, inflasi, JUB dan SBI tidak stasioner pada derajat α= 5%.
2.Berdasarkan uji kointegrasi menunjukkan bahwa inflasi, impor, SBI dan JUB tidak berkointegrasi terhadap kurs pada derajat kepercayaan α= 5%.
3.Berdasarkan uji derajat integrasi menunjukkan bahwa variabel kurs, inflasi, JUB, SBI dan impor stasioner pada derajat α= 5%.
4.Berdasarkan hasil estimasi regresi ECM dan analisis jangka panjang variabel
inflasi, SBI dan impor mempunyai pengaruh yang signifikan pada α= 0,05dengan arah positif terhadap kurs. Sementara variabel JUB mempunyai pengaruh dengan arah negatif terhadap kurs pada α= 0,05.
5.Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik, tidak ditemukan masalah hetero
skedastisitas dan autokorelasi dalam model. Model yang digunakan dalam uji normalitas tidak terdapat penyimpangan, sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi Ut normal. Dalam uji linieritas menunjukkan spesifikasi model benar.

6.Hasil analisis dengan uji t diketahui bahwa regresi jangka pendek variabel inflasi, SBI dan impor tidak signifikan terhadap kurs pada α= 5%, sementara
variabel JUB berpengaruh secara signifikan terhadap kurs pada α= 5%. Dalam
regresi jangka panjang variabel inflasi, JUB, SBI, dan impor berpengaruh secara
signifikan terhadap kurs pada α= 5%.

Variabel moneter inflasi dan suku bunga mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Hubungan antara inflasi dengan nilai tukaradalah negative. Peningkatan inflasi menyebabkan kurs rupiah mengalami depresiasi atau apabila terjadinya penurunan inflasi maka kurs akan mengalami peningkatan (terapresiasi).Sementara hubungan antara tingkat suku bunga dengan kurs adalah positif. Peningkatan suku bunga menyebabkan kurs mengalami peningkatan atau mengalami apresiasi atau jika tingkat suku bunga urun akan mengakibakan kurs mengalami penurunan (depresiasi).Bank Indonesia sebagai otoritas moneter perlu hati-hati dalam meningkatkan BI rate sebagai upaya meredam anjloknya nilai tukar rupiah terhadap USD. Indonesia juga perlu memperhatikan laju inflasi yang setiap tahunnya dengan melakukan kebijakan-kebijakan moneter (monetary tightpolicy), sehingga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan perekonomian serta nilai kurs dalam kaitannya bertransaksi dengan negara luar.





                                                            Daftar Pustaka

Yeniwati.”Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika”. Universitas Negeri Padang.

Triyono, 2008, Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2008, hal 156-167, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Suraka

Atmadja, Adwin Surja. 2002. “ Analisa Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar  Amerika Setelah Diterapkan Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengembang Bebas di Indonesia”.  Vol. 4. No. 1. Universitas Kristen Petra.

Setyowati, Eni, dan Soepatini. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS dengan Pendekatan Neraca Pembayaran (Pendekatan Engle Granger Error CorrectionModel). Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 5. No.2, Desember hal 147-159, Surakarta: BPPE FE UMS.

Purnomo, Didit dan Wahyudi. 2003. Hubungan Kausalitas Defisit Neraca Transaksi Berjalan dengan Kurs di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 4. No. 1, Juni. hal 18-29 Surakarta: bBPPE FE UMS

Nastain. 2003. Analisis Pengaruh Pendapatan Nasional, Laju Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS Periode 1985-2001. Skripsi. Tidak Diterbitkan.Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

I Swatini, Fidya. 2003. Analisis Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS dan Faktorfàktor yang Mempengaruhinya. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Adias, Levi lqbal. 2003. Analisis Fluktuasi Kurs Rupiah terhadap Dollar AS. Universitas Sebelas Maret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar