PAPER
AKUNTANSI INTERNASIONAL
ANALISIS
PERUBAHAN KURS RUPIAH
TERHADAP
DOLLAR AMERIKA
Disusun Oleh :
Estu Putri Pamungkas Sari
B200120401/ B
A.
LATAR BELAKANG
Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu
variabel ekonomi makro yang sangat penting, karena pergerakan nilai kurs dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi. Nilai
tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu cara bagi suatu negara untuk
bias bertransaksi dengan dunia luar karena dengan menggunakan kurs, transaksi
dengan luar negeri dapat berjalan dengan baik. Namun ada kendala dalam kurs
ini, bahwa tidak setiap nilai mata uang setiap negara adalah sama. Nilai mata
uang ini dapat dipengaruhi oleh banyak nya permintaan dan penawaran uang yang
terjadi dipasar uang.Pentingnya peranan nilai tukar mata uang bagi suatu
negara, mendorong dilakukannya berbagai upaya untuk menjaga posisi kurs mata
uang suatu negara berada dalam keadaan yang relative stabil. Stabilitas kurs
mata uang juga dipengaruhi oleh system kurs yang dianut oleh suatu negara.
Faktor non ekonomi lebih sering dianggap sebagai penyebab
gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar. Untuk membuktikan, bahkan mengukur
seberapa besar pengaruh non ekonomi tersebut akan sangat sulit dilakukan.
Keadaan tersebut berbedadengan keberadaan faktor ekonomi, yang antara lain
seperti inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, pendapatan nasional,
dan posisi neraca pembayaran internasional, yang umumnya relatif dapat lebih
terukur.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
dengan perekonomian terbuka kecil, memungkinkan penduduknya untuk memiliki
akses secara penuh dalam perekonomian dunia. Perekonomian terbuka yang
dilakukan suatu negara tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor.
Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbuka kecil telah mengalami
beberapa penggantian system kurs.Semenjak agustus 1997 indonesia menerapkan system
kurs mengambang bebas dimana posisi nilai yukar rupiah terhadap nilai tukar
asing ditentukan oleh mekanisme pasar. Pergerakan nilai tukar mata uang rupiah
terhadap dollar amerika semenjak pemberlakuan system kurs mengambang bebas,
kurs mengalami keterpurukan akibat krisis moneter yangmengakibatkan jatuhnya
nilai mata uang domestic secara tajam.
Pada dasarnya pada sistem nilai tukar mengambang bebas,
nilai tukar mata uang domestic terhadap mata uang asing ditentukan melalui
kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata yang asing yang bersangkutan di
pasar valuta asing. Sistem nilai tukar
ini menghendaki tidak adanya campur tangan pemegang otoritas moneter suatu
negara secara formal dalam rangka menstabilkan atau mengatur nilai tukar mata
uangnya. Dengan demikian diharapkan
perhatian pemegang otoritas moneter semakin terfokus pada tanggung jawab
pengendalian moneter dalam negeri, misalnya pengendalian inflasi domestik.
Oleh karena penentuan nilai tukar mata uang dalam sistem
mengambang bebas ditentukan oleh mekanisme pasar, maka hal tersebut akan sangat
bergantung pada kekuatan faktor-faktor ekonomi yang diduga dapat mempengaruhi
kondisi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar valuta asing.
Faktor-faktor tersebut, antara lain adalah (Madura 2000: 100-103):
1. Perbedaan tingkat inflasi antara dua
negara
2. Perbedaan tingkat bunga anta dua
negara
3. Perbedaan tingkat pendapatan
nasional antara dua negara
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini menganalisis mengenai
bagaimana pengaruh jumlah uang beredar (JUB), inflasi, suku bunga (SBI), dan
impor, pada kurs rupiah terhadap dollar AS.
B.
PENGERTIAN KURS
Kurs (Exchange Rate) adalah pertukaran antara dua mata uang
yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan
nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar biasanya
berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Depresiasi
mata uang rupiah terhadap dolar AS
artinya suatu penurunan harga dollarAS
terhadap rupiah. Depresiasi mata uang
negara membuat harga barang-barang
domestik menjadi lebih murah bagi fihak
luar negeri. Sedang apresiasi rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan rupiah terhadap dollar AS. Apresiasi mata uang
suatu negara membuat harga barang- barang domestik menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri (Sukirno, 1981:297). Kurs
rupiah terhadap dollar AS memainkan peranan sentrel dalam perdagangan
internasional, karena kurs rupiah
terhadap dollar AS memungkinkan kita
untuk membandingkan harga semua barang
dan jasa yang dihasilkan berbagai negara. Kurs valuta asing dapat
diklasifikasikan kedalam kurs jual dan kurs beli. Selisih dari penjualan dan
pembelian merupakan pendapatan bagi
pedagang valuta
asing.
Sedang bila ditinjau dari waktu yang dibutuhkan
dalam menyerahkan valuta asing setelah
transaksi kurs dapat diklasifikasikan dalam kurs spot dan kurs berjalan
(forward
exchange).
C.
SISTEM KURS DAN DASAR PERTIMBANGAN
PENETAPANNYA
Pada dasarnya terdapat lima jenis system kurs utama yang
berlaku (Kuncoro,1996:27) yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang
rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak
(crawling pegs),sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed
ex-change rate).
Pada jenis sistem kurs mengambang,kurs ditentukan oleh mekanisme pasar
dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi
melalui kebijakan moneter apabila ada terdapat campur tangan pemerintah maka system ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate).
Pada sistem kurs tertambat, suatu negara menambatkan nilai mata
uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan
negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara
tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya.
Sistem kurs tertambat merangkak, di mana negara melakukan sedikit
perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak ke
arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu.Keuntungan utama
darisistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika di banding dengan system kurs terambat.
Sistem sekeranjang mata uang, keuntungannya adalah sistem ini
menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya
disebar dalam sekeranjang mata uang.
Mata uang yang di masukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya
peranannya dalam mem- biayai perdagangan negara tertentu.
Sistem kurs tetap, dimana negara menetapkan dan
mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang sangat rentan terhadap gangguan ek sternal, misalnya
memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan
internal, seperti sering mengalami
gangguan alaam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan yang beresiko
tinggi.
D.
HUBUNGAN ANTARA KURS DENGAN JUMLAH
UANG BEREDAR
Bahwa peredaran reserve valuta asing (neraca pembayaran)
timbul sebagai akibat kelebihan permintaan atau penawaran uang. Apabila
terdapat kelebihan jumlah uang beredar
maka neraca pembayaran akan defisit dan
sebaliknya apabila terdapat kelebihan permintaan
uang, neraca pembayaran akan surplus kelebihan
jumlah uang beredar akan mengakibatkan masyarakat membelanjakan kelebihan ini, misalnya untuk impor atau membeli
surat-surat berharga luar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar, yang
berarti permintaan akan valas naik sedangkan permintaan mata uang sendiri turun (Nopirin,
1997: 222). Jika pemerintah menambah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga
dan merangsang investasi keluar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar
pada giliran kurs valuta asing naik (apresiasi).
Dengan menaiknya penawaran uang atau atau jumlah uang
beredar akan menaikkan harga barang yang diukur dengan (term of money)
sekaligus akan menaikkan harga valuta asing yang diukur dengan mata uang
domestik (Herlambang, dkk, 2001)
a. Hubungan Inflasi dengan Kurs
Nilai
tukar dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil.
Nilai tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dan dua negara, sedang-kan
nilai tukar riil menunjukkan tingkat ukuran (rate)suatu barang dapat diperdagangkan
antar negara. Jika nilai tukar riil tinggi berarti harga produk luar negeri
relatif murah dan harga produk domestik relatif mahal. Persentase perubahan
nilai tukar nominal sama dengan persentase perubahan nilai tukar riil ditambah
perbedaan inflasi antara inflasi luar negeri dengan inflasi domestik
(persentase perubahan harga inflasi). Jika suatu negara luar negeri lebih
tinggi inflasinya dibandingkan domestik (Indonesia) maka Rupiah akan ditukarkan
dengan lebih banyak valas. Jika inflasi meningkat untuk membeli valuta asing
yang sama jumlahnya harus ditukar dengan
Rupiah yang makin banyak atau depresiasi Rupiah (Herlambang, dkk, 2001 : 282)
b. Hubungan Suku Bunga dengan Kurs
Kebijakan yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran
stabilitas harga atau pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan-kebijakan moneter
dengan menggunakan instrumen moneter (suku bunga atau agregat moneter). Salah
satu jalur yang digunakan adalah jalur
nilai tukar, berpendapat bahwa pengetatan moneter yang mendorong peningkatan
suku bunga akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar karena adanya pemasukan modal dan luar negeri
(Arifin, 1998: 4).
c. Hubungan Nilai Impor dengan Kurs
Di
dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing. Bahwa valuta asing diperlukan guna
melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Makin tinggi tingkat
pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin besar kemampuan
untuk impor makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing
cenderung meningkat dan harga mata uang sendiri turun. Demikian juga inflasi
akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun kemudian akan menyebabkan valuta
asing naik. (Nopirin, 1997: 148).
E. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil regresi model ECM (Error Correction Model)mengenai pengaruh inflasi, JUB,
SBI, dan impor (M) terhadap kurs, maka dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
1.Berdasarkan hasil uji
stasioneritas menunjukkan bahwa variabel impor sudah stasioner pada derajat α=
5%. Sedangkan variabel kurs, inflasi, JUB dan SBI tidak stasioner pada derajat α= 5%.
2.Berdasarkan uji kointegrasi
menunjukkan bahwa inflasi, impor, SBI dan JUB tidak berkointegrasi terhadap kurs
pada derajat kepercayaan α= 5%.
3.Berdasarkan uji derajat integrasi
menunjukkan bahwa variabel kurs, inflasi, JUB, SBI dan impor stasioner pada
derajat α= 5%.
4.Berdasarkan hasil estimasi regresi
ECM dan analisis jangka panjang variabel
inflasi, SBI dan impor mempunyai
pengaruh yang signifikan pada α= 0,05dengan arah positif terhadap kurs. Sementara
variabel JUB mempunyai pengaruh dengan arah negatif
terhadap kurs pada α= 0,05.
5.Berdasarkan hasil pengujian asumsi
klasik, tidak ditemukan masalah hetero
skedastisitas dan autokorelasi dalam
model. Model yang digunakan dalam uji normalitas tidak terdapat penyimpangan,
sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi Ut normal. Dalam uji linieritas
menunjukkan spesifikasi model benar.
6.Hasil analisis dengan uji t
diketahui bahwa regresi jangka pendek variabel inflasi, SBI dan impor tidak
signifikan terhadap kurs pada α= 5%, sementara
variabel JUB berpengaruh secara
signifikan terhadap kurs pada α= 5%. Dalam
regresi jangka panjang variabel
inflasi, JUB, SBI, dan impor berpengaruh secara
signifikan terhadap kurs pada α= 5%.
Variabel moneter inflasi dan
suku bunga mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Hubungan
antara inflasi dengan nilai tukaradalah negative. Peningkatan inflasi
menyebabkan kurs rupiah mengalami depresiasi atau apabila terjadinya penurunan
inflasi maka kurs akan mengalami peningkatan (terapresiasi).Sementara hubungan
antara tingkat suku bunga dengan kurs adalah positif. Peningkatan suku bunga
menyebabkan kurs mengalami peningkatan atau mengalami apresiasi atau jika
tingkat suku bunga urun akan mengakibakan kurs mengalami penurunan
(depresiasi).Bank Indonesia sebagai otoritas moneter perlu hati-hati dalam
meningkatkan BI rate sebagai upaya meredam anjloknya nilai tukar rupiah
terhadap USD. Indonesia juga perlu memperhatikan laju inflasi yang setiap
tahunnya dengan melakukan kebijakan-kebijakan moneter (monetary tightpolicy),
sehingga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan perekonomian serta nilai kurs
dalam kaitannya bertransaksi dengan negara luar.
Daftar
Pustaka
Yeniwati.”Analisis
Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika”. Universitas Negeri Padang.
Triyono, 2008, Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2008, hal 156-167, Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Suraka
Atmadja, Adwin Surja. 2002. “ Analisa Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar Amerika Setelah
Diterapkan Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengembang Bebas di Indonesia”. Vol. 4. No. 1. Universitas Kristen Petra.
Setyowati, Eni, dan Soepatini. 2004. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS dengan Pendekatan Neraca
Pembayaran (Pendekatan Engle Granger Error CorrectionModel). Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol. 5. No.2, Desember hal 147-159, Surakarta: BPPE FE UMS.
Purnomo, Didit dan Wahyudi. 2003. Hubungan Kausalitas Defisit Neraca
Transaksi Berjalan dengan Kurs di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol. 4. No. 1, Juni. hal 18-29 Surakarta: bBPPE FE UMS
Nastain. 2003. Analisis Pengaruh Pendapatan Nasional, Laju Inflasi, Tingkat
Suku Bunga dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
AS Periode 1985-2001. Skripsi. Tidak Diterbitkan.Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
I Swatini, Fidya.
2003. Analisis Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS dan Faktorfàktor yang
Mempengaruhinya. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Adias, Levi lqbal.
2003. Analisis Fluktuasi Kurs Rupiah terhadap Dollar AS. Universitas
Sebelas Maret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar