DAMPAK
INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN DAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Disusun
oleh :
SEFIE
KURNIA HAPSARI
B 200 120 405 / B
A.
LATAR
BELAKANG
Secara historis,
tingkat inflasi dan volatilitas Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain mengalami
tingkat inflasi antara 3% sampai 5% pada periode 2005-2014, Indonesia memiliki
rata-rata tingkat inflasi tahunan sekitar 8,5% dalam periode yang sama.
Kenyataan ini adalah akibat dari
banyaknya negara dunia memiliki tingkat penukaran mata uang asing
(exchange rate) yang tidak fleksibel, sehingga inflasi tak dapat dihindari.
Inflasi dan
pengangguran tidak dipungkiri lagi adalah indikator perekonomian
suatu negara. Beberapa alasan yang menguatkan kedua faktor tersebut adalah
bagaimana inflasi dan pengangguran menunjukkan kemakmuran dan kondisi
perekonomian dalam suatu negara. Walaupun inflasi dan pengangguran sampai sekarang
masih menjadi masalah ekonomi setiap negara di dunia. Inflasi biasanya ditandai
dengan naiknya harga-harga barang pokok secara umum yang disebabkan oleh faktor
ekonomi yang lain, misalnya perang dan kelangkaan.
Sedangkan pengangguran memperlihatkan
bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Semakin banyak
warga masyarakat yang menganggur maka semakin rendah juga tingkat kesejahteraan
ekonomi dalam suatu negara. Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan
jumlah penduduk terbesar dengan itu maka jumlah tenaga kerja dan pengangguran
Indonesia juga besar, semakin meningkatnya jumlah penduduk yang tidak disertai
dengan penambahan lapangan pekerjaan membuat semakin tingginya tingkat
pengangguran di Indonesia.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud inflasi?
2. Bagaimana pengaruh inflasi dan pengangguran terhadap
perekonomian Indonesia?
3. Bagaimana cara mengatasi inflasi dan pengangguran di
Indonesia?
C.
TUJUAN
Makalah
ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan inflasi.
2. Menjelaskan
bagaimana pengaruh inflasi dan pengangguran terhadap perekonomian Indonesia.
3. Menjelaskan
bagaimana cara mengatasi inflasi dan pengangguran di Indonesia.
D.
PEMBAHASAN
1.
Inflasi
Inflasi adalah penurunan nilai uang yang
disebabkan karena banyaknya uang yang beredar sehingga menyebabkan naiknya
harga barang secara umum selama 12 bulan yang diukur dengan mengambil rata-rata
tertimbang semua produk konsumen dan menganalisis tren harga keseluruhan, atau inflasi juga dapat dikatakan sebagai penurunan
daya beli uang. Jadi semakin tinggi kenaikan harga barang, nilai uang akan
semakin turun. Ukuran inflasi yang sering digunakan saat ini adalah consumer price indeks atau cost of living indeks. Indeks ini
berdasar pada harga dari satu barang yang dipilih mewakil pola pengeluaran
konsumen.
Macam-macam inflasi:
1.
Inflasi menurut
parah tidaknya
Dalam
pengelompokan ini yang diperhatikan adalah berapa besar tingkat inflasi dalam
suatu periode tertentu yang berguna untuk melihat dari dampak inflasi yang
terjadi.
a.
Inflasi ringan,
yaitu apabila tingkat inflasi besarnya kurang dari 10% per tahun.
b.
Inflasi sedang,
yaitu apabila tingkat inflasi besarnya antara 10% sampai 30% per tahun.
c.
Inflasi berat,
yaitu apabila tingkat inflasi besarnya antara 30% sampai 100% per tahun.
d.
Hiper inflasi,
yaitu apabila tingkat inflasi besarnya diatas 100% per tahun.
2.
Inflasi berdasarkan
pada sumber penyebabnya
a.
Demand pull
inflation (inflasi tarikan permintaan).
Merupakan inflasi yang disebabkan oleh adanya tarikan
permintaan terhadap barang dan jasa sehingga mendorong harga-harga barang dan
jasa semakin meningkat. Inflasi tarikan permintaan biasanya disebabkan oleh
adanya pembelanjaan defisit atau anggaran belanja pemerintah defisit. Anggaran
belanja defisit adalah anggaran belanja pemerintah yang lebih besar dari
pendapatan pemerintah. Untuk menutup defisit tersebut, biasanya pemerintah
mengambil jalan yang termudah yaitu dengan mencetak uang.
b.
Cost push inflation
(inflasi dorongan biaya).
Adalah inflasi yang ditimbulakan oleh adanya desakan
biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat disebabkan oleh adanya
tuntutan kenaikan upah oleh organisasi buruh maupun karena perusahaan menghendaki
kenaikan keuntungan.
c.
Mixed inflation
(inflasi campuran).
Inflasi yang unsur penyebabnya berupa campuran antara
demand pull inflation dan cost push inflation.
3.
Inflasi
berdasarkan asalnya
a.
Inflasi dari
dalam negeri
Kenaikan harga-harga umum yang terjadi karena adanya
kejutan dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat non pemerintah maupun
pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga.
b.
Inflasi dari
luar negeri.
Kenaikan harga-harga barang di luar negeri juga akan
mempengaruhi harga-harga dalam negeri.
4.
Inflasi berdasarkan
tingkat intensitasnya
a.
Inflasi merayap
(bila kenaikan harga-harga umum hanya terjadi secara perlahan-lahan)
b.
Inflasi Hiper
(bila kenaikan harga-harga umum terjadi secara cepat)
2.
Pengaruh
Inflasi dan Pengangguran terhadap Perekonomian
Inflasi dan pengangguran tidak
dipungkiri telah menjadi indikator perekonomian suatu negara. Beberapa alasan yang menguatkan kedua faktor tersebut adalah
bagaimana inflasi dan pengangguran menunjukkan kemakmuran dan kondisi
perekonomian dalam suatu negara. Walaupun inflasi dan pengangguran sampai sekarang
masih menjadi masalah ekonomi setiap negara di dunia. Faktor utama pemicu
inflasi pada saat itu adalah kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum
stabil karena Indonesia baru merdeka pada saat itu ditambah lagi agresimiliter
yang dilancarkan tentara sekutu di Indonesia. Sedangkan pengangguran
memperlihatkan bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara.
Semakin banyak warga masyarakat yang menganggur maka semakin rendah juga
tingkat kesejahteraan ekonomi suatu negara. Indonesia termasuk kedalam salah
satu negara dengan jumlah penduduk terbesar dengan itu maka jumlah tenaga kerja
dan pengangguran Indonesia juga besar, semakin meningkatnya jumlah penduduk
yang tidak disertai dengan penambahan lapangan pekerjaan membuat semakin
tingginya tingkat pengangguran di Indonesia.
Pemerintah sudah
melakukan berbagai cara untuk menekan jumlah pengangguran di Indonesia, salah
satunya dengan mengadakan job fair dan penarikan investor asing untuk
berinvestasi di Indonesia sehingga dapat menarik tenaga kerja dari dalam negri.
Tetapi pengangguran dan inflasi menimbulkan hubungan yang negatif, yang berarti
jika pemerintah ingin menurunkan tingkat pengangguran maka pemerintah harus
siap menghadapi tingginya tingkat inflasi yang terjadi begitupun sebaliknya.
Dalam jangka
pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun
dalam jangka panjang tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang
buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif
lebih mahal dibanding dengan harga barang impor. Masyarakat terdorong untuk
membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal
menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini
berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung
naik. Hal ini menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam negri
sehingga perusahaan mengurangi produksi yang berdampak pada sejumlah pegawai
yang kehilangan pekerjaannya. Dampak lebih jauh yang timbul adalah tingkat
pengangguran yang semakin bertambah. Dengan demikian, tingkat inflasi dan
tingkat pengangguran merupakan parameter yang dapat digunakan untuk mengukur
baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan membandingkan jumlah pengangguran dengan
jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Tidak adanya pendapatan
menyebabkan pengangguran harus mengurangi pengeluaran konsumsi yang akan
mengakibatkan menurunya tingtak kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan dapat menimbulkan efek psikologis bagi diri sendiri dan
keluarganya. Tingkat pengangguran yang semakin tinggi akan mengakibatkan
kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga menganggu pertumbuhan serta
pembangunan ekonomi.
A.W. Philips mengemukakan hubungan yang
terjadi antara tingkat pengangguran dengan tingkat perubahan upah nomial dari
hasil pengelohan data empirik perekonomian Inggris untuk periode 1861-1957. Kurva
yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran
dinamakan kurva philips. Dari kurva
phillips dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran
semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan
inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
Gambar
1. Kurva Philips
A.W. Phillips
menggambarkan bagaimana hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran
didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan
jumlah permintaan. Dengan naiknya jumlah permintaan, maka sesuai dengan teori
permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga
(inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan
kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan
satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan
permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka,
pengangguran berkurang. Namun pendekatan ini dirasa kurang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil analisis
tingkat pengangguran dan inflasi di Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010,
ternyata secara statistik maupun grafis tidak ada pengaruh yang signifikan
antara inflasi dengan tingkat pengangguran.
Gambar 2. Hubungan tingkat inflasi dengan tingkat
pengangguran
Berbeda dengan
Indonesia, adanya kenaikan harga (inflasi) pada umumnya disebabkan karena
adanya kenaikan biaya produksi, misalnya naiknya Bahan Bakar Minyak (BBM),
bukan karena kenaikan permintaan. Dengan alasan inilah, maka tidaklah tepat
bila perubahan tingkat pengangguran di Indonesia dihubungkan dengan inflasi.
Karena itu, perubahan tingkat pengangguran lebih tepat bila dikaitkan dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi merupakan akibat dari
adanya pe-ningkatan kapasitas produksi yang merupakan turunan dari peningkatan
investasi.
Bagaimana bila
terjadi penurunan jumlah penawaran terhadap barang dan jasa? Akibatnya inflasi
meningkat, akan tetapi karena penawaran menurun ini berarti permintaan terhadap
tenaga kerja juga menurun dengan sendirinya.
Sedangkan
pengertian dari pengangguran sendiri yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik,
antara lain: (1) pengangguran terbuka (open unemployment), didasarkan pada
konsep seluruh angkatan yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan
pertama kali atau yang pernah bekerja sebelumnya. (2) Sedangkan setengah
penganggur adalah pekerja yang masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan
mereka yang bekerja dengan jam kerja rendah atau kurang dari 35 jam kerja dalam
seminggu. (3) Setengah penganggur sukarela adalah setengah penganggur tapi
tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (pekerja
paruh waktu). (4) Setengah penganggur terpaksa adalah setengah penganggur yang
mencari dan bersedia menerima pekerjaan.
Ada suatu
hubungan terbalik antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran dalam
perekonomian, yaitu semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja maka
dia harus membayar lebih banyak karena peningkatan biaya produksi unit akan
diamati dalam rangka mempertahankan profitabilitas dan harga produk tersebut. Yang
berbeda antara inflasi dan pengangguan yaitu jumlah orang yang menganggur
adalah jumlah orang di negara yang tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia
untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah
menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah pengangguran, dengan jumlah orang
dalam angkatan kerja.
3.
Cara
Mengatasi Inflasi
Ada
beberapa metode yang digunakan pemerintah dalam mengatasi inflasi yang
dituangkan dalam kebijakan, yaitu:
·
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasioal dengan cara mengurangi jumlah
uang beredar. Karena salah satu penyebab inflasi yang sudah dibahas diatas
yaitu banyaknya jumlah uanga yang beredar, sehingga dengan kebijakan ini
diharapakan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal.
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan:
1. Kebijakan
Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah usaha atau
tindakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membeli atau
menjual surat-surat berharga milik
negara.kegiatan ini akan mengurangi cadangan wajib bank umum, sehingga jumlah
uang beredar dimasyarakat akan berkurang dan kenaikan harga dapat ditekan.
2. Kebijakan
diskonto
Kebijakan tingkat suku bunga diskonto
adalah tindakan bank sentral dengan mengubah tingkat suku bunga diskonto yang
harus dibayar oleh bank umum atas dana pinjaman dari bank snetral. Kenaikan
suku bunga diskonto dapat menyebabkan naiknya suku bunga kredit kepada
masyarakat, sehingga kredit investasi yang diberikan akan turun. Turunya kredit
investasi juga akan berakibat pada menurunnya pendapatan nasional, dan turunnya
jumlah permintaan sehingga harga barang ikut turun.
3. Kebijakan
cadangan kas
Kebijakan cadangan wajib atau reserve requirement policy berkaitan dengan tindakan bank sentral
dalam menentapkan cadangan wajib bagi bank umum. Jika cadangan wajib yang
dikenakan oleh bank sentral tinggi, maka jumlah pasokan uanga akan turun yang
selanjutnya jumlah uang beredar menjadi lebih sedikit sehingga harga-harga pun
akan berkurang.
4. Kebijakan
kredit selektif
Kebijakan kredit
berkaitan dengan kebijakan bank umu dalam menyalurkan kredit kepada nasabah/masyarakat
dengan memperhatikan unsur character,
collateral, capital, capacity, dan condition of economy.
·
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran
adalah kebijakan yangb dilakukan pemerintah dengan cara mengubah penerimaan dan
pengeluaran negara. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui:
1. Meningkatkan
penerimaan pajak dengan memberlakukan tingkat pajak yang tinggi bagi unit usaha
yang tidak memproduksi kebutuhan pokok masyarakat.
2. Mengurangi
pengeluaran pemerintah dengan menunda atu menghapuskan pengeluaran yang bukan
prioritas
3. Mengadakan
pinjaman pemerintah dengan mengurangi pembayaran yang dilakukan pada masyarakat
dan mengembalikan di kemudian hari dalam bentuk pensiun.
4.
Cara
Mengatasi Pengangguran
Secara umum cara mengatasi pengangguran
yaitu dengan meningkatkan investasi, kualitas SDM, transfer dan penemuan
teknologi, pembenahan perangkat hukum dalam bidang ketenaga kerjaan, dan
sebagainya. Secara teknis upaya-upaya itu dapat ditempuh dengan berbagai
kebijakan, antaralain:
1. Menyelenggarakan
bursa pasar kerja /job fair
2. Menggalakkan
kegiatan ekonomi informal
3. Meningkatkan
keterampilan tenaga kerja
4. Meningkatkan
mutu pendidikan
5. Mendirikan
pusat pelatihan kerja
6. Meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
7. Mendorong
investasi
8. Meningkatkan
transmigrasi
9. Melakukan
deregulasi dan debirokrasi
10. Memperluas
lapangan kerja
E.
KESIMPULAN
Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa teori Phillips tidak berlaku di negara-negara berkembang
terutama Indonesia. Hal ini disebabkan karena Phillips menggunakan asumsi bahwa
inflasi sangat dipengaruhi oleh agregat demand atau permintaan agregat, padahal
di negara – negara berkembang, terutama Indonesia inflasi lebih dipengaruhi
oleh biaya produksi. Jika menurut Phillips saat terjadi inflasi, perusahaan
akan berupaya meningkatkan outputnya demi memenuhi kebutuhan pasar sehingga
perusahaan akan berupaya meningkatkan sumber daya atau tenaga kerja demi
memenuhi kebutuhan masyarakat, akibatnya pengangguran semakin menurun. Karena
dalam jangka pendek nilai nominal yang dibayarkan perusahaaan kepada tenaga
kerja tetap namun nilai riil upah yang dibayarfkan tersebut menurun. Akan
tetapi berbeda dengan Indonesia, inflasi terjadi karena menigkatnya biaya
produksi, sehingga secara tidak langsung harga bahan untuk memenuhi output atau
permintaan pasar juga meningkat, sehingga perusahaan akan berupaya menekan biaya
produksi yang lebih efisiens bagi perusahaan. Salah satu langkah yang bisa
ditempuh oleh perusahaan adalah mengurangi tenaga kerja dan mengganti dengan
mesin, sehingga biaya yang dianggarkapun juga berkurang, dalam artian
perusahaan harus mengurangi tenaga dengan cara mem PHK. Namun hal ini tidak berarti
bahwa hubungan antara inflasi dan pengangguran di Indonesia adalah positif,
sebab dalam kenyataannya tidak ada hubungan yang pasti antara inflasi dan
pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus Dan Solusi. Edisi
Kedua. Yogyakarta: BPFE
Ambar Teguh
Sulistyani.(2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gava Media.
Yogyakarta.
Andeianus, F dan Ariyanto.
2003. Analisis Pendapatan Nasional Dan Penawaran
Uang Di United State Tahun 1970-2003. Jurnal Ekonomi Dan Manajemen No.1
Edisi XI. Padang. Universitas Andalas
Andrianus, Fery dkk. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Inflasi di Indonesia Periode 1997:3-2005:2. Jurnal Ekonomi Pembangunan vol
11 no 2
Anonim. (2008). “Indonesia
Policy Briefs. Laporan Ide - Ide Program 100 hari “, The World Bank.
Anonim.(2003). ”Sekilas
WTO”, Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral Departemen Luar
Negeri. Jakarta.
Baaasir,F. 2003. Pembangunan Dan Crisis. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Boediono.(2005). “Ekonomi
Makro”, BPFE, Yogyakarta.
Elishia. 2015. “Pengaruh Inflasi
terhadap Pengangguran” (online, (http://elishisa.blogspot.co.id/2015/03/pengaruh-inflasi-terhadap-pengangguran.html,
diakses tanggal 25 november 2015)
Indonesia, Investmen. 2015. “Inflasi di
Indonesia (Indeks Harga Konsumen)” (online, http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-indonesia/item254, diakses tanggal
25 november 2015)
Kewal, Suramaaya Suci. 2012. Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga, Kurs, Dan Pertumbuhan Pdb Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan. Jurnal Econimia
vol 8 no 1. April
Kuncoro,
2006:228 (online), Keterkaitan Antara Inflasi
Dengan Pengangguran
Malian, A., Husni, Sudi
Mardianto dan Mewa Ariani (2004). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi,
Konsumsi dan Harga Beras Serta Inflasi Bahan Makanan”, Jurnal Agro Ekonomi,
Volume 22 No. 2, Oktober 2004:119-146. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi, Bogor.
Manurung, 2009:223
(online), Keterkaitan Antara Inflasi Dengan Pengangguran
Marisa. 2010. “Teori Inflasi” (online, http://feliciamarisa.blogspot.co.id/2010/12/teori-inflasi.html,
diakses tanggal 25 november 2015)
Nanga, Muana (2001) Makroekonomi,
Edisi1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Permana, Yogi. Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap
Pergerakan Harga Saham. Universitas Gunadarma. Skripsi
Prastowo, Nugroho Joko
(2008) Dampak BI Rate Terhadap Pasar Keuangan:Mengukur Signifikansi
Respon Instrumen Pasar Keuangan Terhadap Kebijakan Moneter.
Working Paper No. 21, Bank Indonesia
Rahardja dkk,
2008:249 (online), Keterkaitan Antara Inflasi
Dengan Pengangguran
Sukirno, Sadono (1994).
Teori Ekonomi Mikro. Rajawali Pers. Jakarta
Tandelilin, Eduardus (2010) Portofolio
dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta:
Kanisius
Widiarsih,
Dwi. 2012. Pengaruh
Sektor Komoditi Beras Terhadap Inflasi Bahan Makanan. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan. Tahun II No.6.
Juli
Wikipedia. 2015. “Inflasi dan
Perekonomian” (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi_dan_perekonomian_Indonesia, diakses
tanggal 25 november 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar