Sabtu, 09 Januari 2016

DAMPAK INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN DAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA

Disusun oleh : 
SEFIE KURNIA HAPSARI 

B 200 120 405 / B

 


A.    LATAR BELAKANG
Secara historis, tingkat inflasi dan volatilitas Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain mengalami tingkat inflasi antara 3% sampai 5% pada periode 2005-2014, Indonesia memiliki rata-rata tingkat inflasi tahunan sekitar 8,5% dalam periode yang sama. Kenyataan ini adalah akibat dari  banyaknya negara dunia memiliki tingkat penukaran mata uang asing (exchange rate) yang tidak fleksibel, sehingga inflasi tak dapat dihindari.
Inflasi dan pengangguran tidak dipungkiri lagi adalah indikator  perekonomian suatu negara. Beberapa alasan yang menguatkan kedua faktor tersebut adalah bagaimana inflasi dan pengangguran menunjukkan kemakmuran dan kondisi perekonomian dalam suatu negara. Walaupun inflasi dan pengangguran sampai sekarang masih menjadi masalah ekonomi setiap negara di dunia. Inflasi biasanya ditandai dengan naiknya harga-harga barang pokok secara umum yang disebabkan oleh faktor ekonomi yang lain, misalnya perang dan kelangkaan.
 Sedangkan pengangguran memperlihatkan bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Semakin banyak warga masyarakat yang menganggur maka semakin rendah juga tingkat kesejahteraan ekonomi dalam suatu negara. Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar dengan itu maka jumlah tenaga kerja dan pengangguran Indonesia juga besar, semakin meningkatnya jumlah penduduk yang tidak disertai dengan penambahan lapangan pekerjaan membuat semakin tingginya tingkat pengangguran di Indonesia.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud inflasi?
2.      Bagaimana pengaruh inflasi dan pengangguran terhadap perekonomian Indonesia?
3.      Bagaimana cara mengatasi inflasi dan pengangguran di Indonesia?

C.    TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan inflasi.
2.      Menjelaskan bagaimana pengaruh inflasi dan pengangguran terhadap perekonomian Indonesia.
3.      Menjelaskan bagaimana cara mengatasi inflasi dan pengangguran di Indonesia.

D.    PEMBAHASAN
1.      Inflasi
Inflasi adalah penurunan nilai uang yang disebabkan karena banyaknya uang yang beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang secara umum selama 12 bulan yang diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen dan menganalisis tren harga keseluruhan, atau inflasi juga dapat dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Jadi semakin tinggi kenaikan harga barang, nilai uang akan semakin turun. Ukuran inflasi yang sering digunakan saat ini adalah consumer price indeks atau cost of living indeks. Indeks ini berdasar pada harga dari satu barang yang dipilih mewakil pola pengeluaran konsumen.
Macam-macam inflasi:
1.      Inflasi menurut parah tidaknya
Dalam pengelompokan ini yang diperhatikan adalah berapa besar tingkat inflasi dalam suatu periode tertentu yang berguna untuk melihat dari dampak inflasi yang terjadi.
a.       Inflasi ringan, yaitu apabila tingkat inflasi besarnya kurang dari 10% per tahun.
b.      Inflasi sedang, yaitu apabila tingkat inflasi besarnya antara 10% sampai 30% per tahun.
c.       Inflasi berat, yaitu apabila tingkat inflasi besarnya antara 30% sampai 100% per tahun.
d.      Hiper inflasi, yaitu apabila tingkat inflasi besarnya diatas 100% per tahun.

2.      Inflasi berdasarkan pada sumber penyebabnya
a.       Demand pull inflation (inflasi tarikan permintaan).
Merupakan inflasi yang disebabkan oleh adanya tarikan permintaan terhadap barang dan jasa sehingga mendorong harga-harga barang dan jasa semakin meningkat. Inflasi tarikan permintaan biasanya disebabkan oleh adanya pembelanjaan defisit atau anggaran belanja pemerintah defisit. Anggaran belanja defisit adalah anggaran belanja pemerintah yang lebih besar dari pendapatan pemerintah. Untuk menutup defisit tersebut, biasanya pemerintah mengambil jalan yang termudah yaitu dengan mencetak uang.
b.      Cost push inflation (inflasi dorongan biaya).
Adalah inflasi yang ditimbulakan oleh adanya desakan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat disebabkan oleh adanya tuntutan kenaikan upah oleh organisasi buruh maupun karena perusahaan menghendaki kenaikan keuntungan.
c.       Mixed inflation (inflasi campuran).
Inflasi yang unsur penyebabnya berupa campuran antara demand pull inflation dan cost push inflation.

3.      Inflasi berdasarkan asalnya
a.       Inflasi dari dalam negeri
Kenaikan harga-harga umum yang terjadi karena adanya kejutan dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat non pemerintah maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga.
b.      Inflasi dari luar negeri.
Kenaikan harga-harga barang di luar negeri juga akan mempengaruhi harga-harga dalam negeri.

4.      Inflasi berdasarkan tingkat intensitasnya
a.       Inflasi merayap (bila kenaikan harga-harga umum hanya terjadi secara perlahan-lahan)
b.      Inflasi Hiper (bila kenaikan harga-harga umum terjadi secara cepat)

2.      Pengaruh Inflasi dan Pengangguran terhadap Perekonomian
Inflasi dan pengangguran tidak dipungkiri telah menjadi indikator perekonomian suatu negara. Beberapa alasan yang menguatkan kedua faktor tersebut adalah bagaimana inflasi dan pengangguran menunjukkan kemakmuran dan kondisi perekonomian dalam suatu negara. Walaupun inflasi dan pengangguran sampai sekarang masih menjadi masalah ekonomi setiap negara di dunia. Faktor utama pemicu inflasi pada saat itu adalah kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil karena Indonesia baru merdeka pada saat itu ditambah lagi agresimiliter yang dilancarkan tentara sekutu di Indonesia. Sedangkan pengangguran memperlihatkan bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Semakin banyak warga masyarakat yang menganggur maka semakin rendah juga tingkat kesejahteraan ekonomi suatu negara. Indonesia termasuk kedalam salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar dengan itu maka jumlah tenaga kerja dan pengangguran Indonesia juga besar, semakin meningkatnya jumlah penduduk yang tidak disertai dengan penambahan lapangan pekerjaan membuat semakin tingginya tingkat pengangguran di Indonesia.
Pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk menekan jumlah pengangguran di Indonesia, salah satunya dengan mengadakan job fair dan penarikan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia sehingga dapat menarik tenaga kerja dari dalam negri. Tetapi pengangguran dan inflasi menimbulkan hubungan yang negatif, yang berarti jika pemerintah ingin menurunkan tingkat pengangguran maka pemerintah harus siap menghadapi tingginya tingkat inflasi yang terjadi begitupun sebaliknya.
Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka panjang tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor. Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik. Hal ini menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam negri sehingga perusahaan mengurangi produksi yang berdampak pada sejumlah pegawai yang kehilangan pekerjaannya. Dampak lebih jauh yang timbul adalah tingkat pengangguran yang semakin bertambah. Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Tidak adanya pendapatan menyebabkan pengangguran harus mengurangi pengeluaran konsumsi yang akan mengakibatkan menurunya tingtak kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan dapat menimbulkan efek psikologis bagi diri sendiri dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang semakin tinggi akan mengakibatkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga menganggu pertumbuhan serta pembangunan ekonomi.
A.W. Philips mengemukakan hubungan yang terjadi antara tingkat pengangguran dengan tingkat perubahan upah nomial dari hasil pengelohan data empirik perekonomian Inggris untuk periode 1861-1957. Kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dinamakan kurva philips. Dari kurva phillips dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
Gambar 1. Kurva Philips
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan jumlah permintaan. Dengan naiknya jumlah permintaan, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka, pengangguran berkurang. Namun pendekatan ini dirasa kurang tepat untuk menyelesaikan permasalahan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil analisis tingkat pengangguran dan inflasi di Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010, ternyata secara statistik maupun grafis tidak ada pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan tingkat pengangguran.
Gambar 2. Hubungan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran
Berbeda dengan Indonesia, adanya kenaikan harga (inflasi) pada umumnya disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi, misalnya naiknya Bahan Bakar Minyak (BBM), bukan karena kenaikan permintaan. Dengan alasan inilah, maka tidaklah tepat bila perubahan tingkat pengangguran di Indonesia dihubungkan dengan inflasi. Karena itu, perubahan tingkat pengangguran lebih tepat bila dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Sebab, pertumbuhan ekonomi merupakan akibat dari adanya pe-ningkatan kapasitas produksi yang merupakan turunan dari peningkatan investasi.
Bagaimana bila terjadi penurunan jumlah penawaran terhadap barang dan jasa? Akibatnya inflasi meningkat, akan tetapi karena penawaran menurun ini berarti permintaan terhadap tenaga kerja juga menurun dengan sendirinya.
Sedangkan pengertian dari pengangguran sendiri yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik, antara lain: (1) pengangguran terbuka (open unemployment), didasarkan pada konsep seluruh angkatan yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali atau yang pernah bekerja sebelumnya. (2) Sedangkan setengah penganggur adalah pekerja yang masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja rendah atau kurang dari 35 jam kerja dalam seminggu. (3) Setengah penganggur sukarela adalah setengah penganggur tapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (pekerja paruh waktu). (4) Setengah penganggur terpaksa adalah setengah penganggur yang mencari dan bersedia menerima pekerjaan.
Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran dalam perekonomian, yaitu semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja maka dia harus membayar lebih banyak karena peningkatan biaya produksi unit akan diamati dalam rangka mempertahankan profitabilitas dan harga produk tersebut. Yang berbeda antara inflasi dan pengangguan yaitu jumlah orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara yang tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah pengangguran, dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.
3.      Cara Mengatasi Inflasi
Ada beberapa metode yang digunakan pemerintah dalam mengatasi inflasi yang dituangkan dalam kebijakan, yaitu:
·         Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasioal dengan cara mengurangi jumlah uang beredar. Karena salah satu penyebab inflasi yang sudah dibahas diatas yaitu banyaknya jumlah uanga yang beredar, sehingga dengan kebijakan ini diharapakan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan:
1.      Kebijakan Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah usaha atau tindakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membeli atau menjual surat-surat  berharga milik negara.kegiatan ini akan mengurangi cadangan wajib bank umum, sehingga jumlah uang beredar dimasyarakat akan berkurang dan kenaikan harga dapat ditekan.
2.      Kebijakan diskonto
Kebijakan tingkat suku bunga diskonto adalah tindakan bank sentral dengan mengubah tingkat suku bunga diskonto yang harus dibayar oleh bank umum atas dana pinjaman dari bank snetral. Kenaikan suku bunga diskonto dapat menyebabkan naiknya suku bunga kredit kepada masyarakat, sehingga kredit investasi yang diberikan akan turun. Turunya kredit investasi juga akan berakibat pada menurunnya pendapatan nasional, dan turunnya jumlah permintaan sehingga harga barang ikut turun.
3.      Kebijakan cadangan kas
Kebijakan cadangan wajib atau reserve requirement policy berkaitan dengan tindakan bank sentral dalam menentapkan cadangan wajib bagi bank umum. Jika cadangan wajib yang dikenakan oleh bank sentral tinggi, maka jumlah pasokan uanga akan turun yang selanjutnya jumlah uang beredar menjadi lebih sedikit sehingga harga-harga pun akan berkurang.
4.      Kebijakan kredit selektif
Kebijakan kredit berkaitan dengan kebijakan bank umu dalam menyalurkan kredit kepada nasabah/masyarakat dengan memperhatikan unsur character, collateral, capital, capacity, dan condition of economy.


·         Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran adalah kebijakan yangb dilakukan pemerintah dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran negara. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui:
1.      Meningkatkan penerimaan pajak dengan memberlakukan tingkat pajak yang tinggi bagi unit usaha yang tidak memproduksi kebutuhan pokok masyarakat.
2.      Mengurangi pengeluaran pemerintah dengan menunda atu menghapuskan pengeluaran yang bukan prioritas
3.      Mengadakan pinjaman pemerintah dengan mengurangi pembayaran yang dilakukan pada masyarakat dan mengembalikan di kemudian hari dalam bentuk pensiun.

4.      Cara Mengatasi Pengangguran
Secara umum cara mengatasi pengangguran yaitu dengan meningkatkan investasi, kualitas SDM, transfer dan penemuan teknologi, pembenahan perangkat hukum dalam bidang ketenaga kerjaan, dan sebagainya. Secara teknis upaya-upaya itu dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan, antaralain:
1.      Menyelenggarakan bursa pasar kerja /job fair
2.      Menggalakkan kegiatan ekonomi informal
3.      Meningkatkan keterampilan tenaga kerja
4.      Meningkatkan mutu pendidikan
5.      Mendirikan pusat pelatihan kerja
6.      Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
7.      Mendorong investasi
8.      Meningkatkan transmigrasi
9.      Melakukan deregulasi dan debirokrasi
10.  Memperluas lapangan kerja

E.     KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa teori Phillips tidak berlaku di negara-negara berkembang terutama Indonesia. Hal ini disebabkan karena Phillips menggunakan asumsi bahwa inflasi sangat dipengaruhi oleh agregat demand atau permintaan agregat, padahal di negara – negara berkembang, terutama Indonesia inflasi lebih dipengaruhi oleh biaya produksi. Jika menurut Phillips saat terjadi inflasi, perusahaan akan berupaya meningkatkan outputnya demi memenuhi kebutuhan pasar sehingga perusahaan akan berupaya meningkatkan sumber daya atau tenaga kerja demi memenuhi kebutuhan masyarakat, akibatnya pengangguran semakin menurun. Karena dalam jangka pendek nilai nominal yang dibayarkan perusahaaan kepada tenaga kerja tetap namun nilai riil upah yang dibayarfkan tersebut menurun. Akan tetapi berbeda dengan Indonesia, inflasi terjadi karena menigkatnya biaya produksi, sehingga secara tidak langsung harga bahan untuk memenuhi output atau permintaan pasar juga meningkat, sehingga perusahaan akan berupaya menekan biaya produksi yang lebih efisiens bagi perusahaan. Salah satu langkah yang bisa ditempuh oleh perusahaan adalah mengurangi tenaga kerja dan mengganti dengan mesin, sehingga biaya yang dianggarkapun juga berkurang, dalam artian perusahaan harus mengurangi tenaga dengan cara mem PHK. Namun hal ini tidak berarti bahwa hubungan antara inflasi dan pengangguran di Indonesia adalah positif, sebab dalam kenyataannya tidak ada hubungan yang pasti antara inflasi dan pengangguran.




















DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus Dan Solusi. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE
Ambar Teguh Sulistyani.(2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gava Media. Yogyakarta.
Andeianus, F dan Ariyanto. 2003.  Analisis Pendapatan Nasional Dan Penawaran Uang Di United State Tahun 1970-2003. Jurnal Ekonomi Dan Manajemen No.1 Edisi XI. Padang. Universitas Andalas
Andrianus, Fery dkk. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 1997:3-2005:2. Jurnal Ekonomi Pembangunan vol 11 no 2
Anonim. (2008). “Indonesia Policy Briefs. Laporan Ide - Ide Program 100 hari “, The World Bank.
Anonim.(2003). ”Sekilas WTO”, Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral Departemen Luar Negeri. Jakarta.
Baaasir,F. 2003. Pembangunan Dan Crisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Boediono.(2005). “Ekonomi Makro”, BPFE, Yogyakarta.
Elishia. 2015. “Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran” (online, (http://elishisa.blogspot.co.id/2015/03/pengaruh-inflasi-terhadap-pengangguran.html, diakses tanggal 25 november 2015)
Indonesia, Investmen. 2015. “Inflasi di Indonesia (Indeks Harga Konsumen)” (online, http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-indonesia/item254, diakses tanggal 25 november 2015)
Kewal, Suramaaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, Dan Pertumbuhan Pdb Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Econimia vol 8 no 1. April
Kuncoro, 2006:228 (online), Keterkaitan Antara Inflasi Dengan Pengangguran
Malian, A., Husni, Sudi Mardianto dan Mewa Ariani (2004). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi dan Harga Beras Serta Inflasi Bahan Makanan”, Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No. 2, Oktober 2004:119-146. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi, Bogor.
Manurung, 2009:223 (online), Keterkaitan Antara Inflasi Dengan Pengangguran
Marisa. 2010. “Teori Inflasi” (online, http://feliciamarisa.blogspot.co.id/2010/12/teori-inflasi.html, diakses tanggal 25 november 2015)
Nanga, Muana (2001) Makroekonomi, Edisi1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Permana, Yogi.  Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Pergerakan Harga Saham. Universitas Gunadarma. Skripsi
Prastowo, Nugroho Joko (2008) Dampak BI Rate Terhadap Pasar Keuangan:Mengukur Signifikansi Respon Instrumen Pasar Keuangan Terhadap Kebijakan Moneter. Working Paper No. 21, Bank Indonesia
Rahardja dkk, 2008:249 (online), Keterkaitan Antara Inflasi Dengan Pengangguran
Sukirno, Sadono (1994). Teori Ekonomi Mikro. Rajawali Pers. Jakarta
Tandelilin, Eduardus (2010) Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius
Widiarsih, Dwi. 2012.  Pengaruh Sektor Komoditi Beras Terhadap Inflasi Bahan Makanan. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan. Tahun II No.6. Juli
Wikipedia. 2015. “Inflasi dan Perekonomian” (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi_dan_perekonomian_Indonesia, diakses tanggal 25 november 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar